FOKUS JATENG-BOYOLALI-Warga Desa Pandeyan, Kecamatan Ngemplak Boyolali dihebohkan dengan keberadaan sebuah makam misterius di tepi jalan. Makam tersebut tepat berada di tepi aspal jalan, dan tidak jauh dari fly over desa setempat.
Seperti makam pada umumnya, maka gundukan tanah tersebut juga dilengkapi dengan sebuah payung serta dua pathok kayu sebagai penanda. Diatas makam juga ditebarkan bunga mawar. Keberadaan makam ini sempat menimbulkan berbagai macam spekulasi. Keberadaan makam tersebut menjadi perhatian masyarakat. Bahkan, tak sedikit yang mengunggah di media sosial (medsos). Disamping makam, juga terpasang spanduk peringatan berbunyi, ‘Jangan buang sampah di sini. Kemarin ada yang kesurupan’. Hal tersebut menambah kesan angker, hingga banyak yang takut melewati area perbatasan desa ini.
Ternyata makam di tepi tepi jalan dekat fly over Desa Pandeyan, Kecamatan Ngemplak ini adalah makam abal-abal alias palsu. Kendati demikian, selain menambah kesan angker, keberadaan makam palsu itu dapat merubah perilaku para pengguna jalan. Warga yang dimotori kelompok Rukun Agawe Santoso Pecinta Alam (Raspala) Desa Pandeyan membuat makam palsu itu pada Minggu (18/10/2020).
Menurut juru bicara Raspala Desa Pandeyan, Kecamatan Ngemplak, Linggar Rolando Sandra, pembuatan makam di lokasi pembuangan sampah liar itu sebagai bentuk keprihatinan masyarakat. Pasalnya, tumpukan sampah tersebut merusak pemandangan dan kebersihan sekitar. “Juga menimbulkan bau busuk menyengat,” ujarnya.
Gagasan pembuatan makam palsu itu muncul karena berbagai upaya sebelumnya tidak pernah membuahkan hasil. Mulai dari pemasangan spanduk larangan hingga pemasangan CCTV, ternyata tak juga membuat pembuang sampah kapok. Para pembuangan sampah kebanyakan justru dari luar Desa Pandeyan.
Padahal, pihaknya pernah menangkap pembuang sampah yang terekam CCTV. Ternyata pembuangnya adalah seorang warga pemilik warung. Pembuangan sampah dilakukan pada pukul 04.00 saat kondisi sepi sehingga tak ada warga yang tahu.
“Hingga kemudian muncul ide untuk membuat tanda peringatan dengan makam itu,”katanya.
Sebelum makam dibuat, area tersebut dibersihkan. Seluruh sampah yang menumpuk dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA) dengan mobil pikap. “Kalau dibakar malah membuat para pembuang sampah senang. Dianggapnya, lokasi itu memang diperuntukkan bagi tempat pembuangan sampah,” ujarnya.
Pihaknya juga bakal mengusulkan kepada Pemerintah Desa (Pemdes) Pandeyan agar menbuat perdes khusus yang mengatur tentang pembuangan sampah. Dimana warga yang kedapatan membuang sampah sembarangan dikenai denda. Sebaliknya, warga yang menangkap basah pembuang sampah sembarangan tersebut mendapatkan penghargaan.
“Jadi ada reward and punishment atau penghargaan dan denda.” Linggar Rolando Sandra berharap cara ini bisa mengakhiri perilaku buah sampah sembarangan.