KEBAKARAN MERBABU: Kemarau Molor Sebulan, Potensi Kebakaran Hutan hingga November 2019

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo memantau proses pemadaman kebakaran hutan lereng Gunung Merbabu Minggu 15 September 2019. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Potensi kebakaran hutan di lereng Gunung Merbabu diperkirakan masih terus terjadi. Hal ini menyusul prediksi kemarau molor sebulan dari sebelumnya. Prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya memprakirakan musim penghujan akan dimulai bulan Oktober.

“Kita beri pemahaman dulu kepada masyarakat bahwa potensi kebakaran masih sampai bulan November,” ujar Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di sela-sela meninjau aktivitas relawan Gunung Merbabu di Posko Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) di Dusun Wonolelo, Desa Ngagrong, Kecamatan Gladagsari (dulu masuk wilayah Ampel), Minggu 15 September 2019.

Ganjar menyebutkan untuk menghindari potensi karhutla, warga diimbau untuk tidak melakukan aktivitas di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGM). “Jika merumput (mencari rumput untuk pakan ternak) maka harus hati-hati, kalau perlu tidak merumput dulu,” ujarnya.

Monitoring petugas gabungan di posko penanganan pemadaman api lereng Merbabu. (credit-Yulianto/Fokusjateng.com)

Namun demikian upaya penghentian aktivitas warga di kawasan konservasi tersebut perlu dibarengi sosialisasi kepada warga secara bertahap. Ganjar juga mengusulkan pembentukan tim patroli khusus, utamanya di desa-desa terakhir sebelum puncak Merbabu, seperti di Ngagrong, Ampel, Pakis, Kabupaten Magelang, maupun wilayah Kopeng, Kabupaten Semarang. Tim patroli ini selain melakukan kontrol terhadap aktivitas warga juga bertugas memberi sosialisasi terkait bahaya dan potensi karhutla.

Sementara itu, dalam dialog Ganjar bersama sejumlah sukarelawan seperti Remaja Pecinta Alam (Rempala) Ngagrong, SAR, BPBD, dan Muspika Ampel, Pemprov Jawa Tengah akan memberi bantuan untuk mempermudah upaya pemadaman api ketika terjadi karhutla.

“Tadi kawan-kawan sudah ditanya kesulitannya apa, mereka butuh sepatu, senter, garu, sabit, dan peralatan, kami bantu di situ,” kata Ganjar. Peralatan tersebut digunakan sukarelawan untuk memadamkan api dengan metode sederhana, seperti membuat ilaran maupun menghadapi medan yang sulit.

Disinggung soal water bombing sebagai upaya pemadaman dirinya mengakui Pemprov belum mengarah hingga ke sana. “Saat ini informasi yang diterima semua titik api sudah padam, helikopter masih terkonsentrasi di Riau dan Kalimantan,” katanya.

Sementara itu, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGM) Junita Parjanti mengkonfirmasi bahwa tujuh titik api yang sebelumnya terlihat di kawasan taman nasional di tiga kabupaten yakni Boyolali, Magelang, dan Kabupaten Semarang semuanya sudah berhasil dipadamkan Minggu (15/9). Total sejak kebakaran terjadi pada Kamis (12/9) lalu api menghanguskan 436 hektare lahan, baik semak, lahan kering, maupun wilayah tanaman keras. “Tapi titik api sudah tidak muncul lagi,” terangnya.

BTNGM akan kembali melakukan mop up Senin (16/9) untuk memastikan titik api sudah bisa dipadamkan. Kemudian balai juga akan membatasi aktivitas di kawasan konservasi Gunung Merbabu hanya untuk mencari pakan ternak. Sementara aktivitas pendakian dan lainnya akan ditutup hingga November sesuai arahan gubernur.

“Tadi informasi dari Bapak Gubernur kemarau diprediksi sampai November,” katanya.

Dengan demikian, pihak BTNGM juga memprediksi potensi karhutla akan terjadi hingga November mendatang. Meskipun di beberapa tempat bulan Oktober diperkirakan sudah memasuki musim penghujan, namun penutupan aktivitas masif di Gunung Merbabu tetap akan dilakukan hingga November atau 2,5 bulan dari sekarang.