FOKUS JATENG-BOYOLALI-Semakin mendekati berlangsungnya pesta demokrasi 17 April mendatang, yang mencakup pemilihan presiden-wakil presiden dan pemilihan legislatif, berbagai upaya terus dilakukan agar, masyarakat bisa datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Hanya saja, pesta demokrasi tersebut kerap menimbulkan konflik, suasana tegang dan panas antar-pendukung pasangan calon, terutama menjelang pelaksanaan pilpres.
Tokoh Nahdliyin Boyolali, KH Joko Parwoto Alhafidz meminta agar masyarakat khususnya kalangan Nahdliyin semakin menjaga kedamaian dan kerukunan dalam menentukan pilihan. “Kerukunan dan kedamaian merupakan salah satu syarat bagi kalangan nahdliyin dalam melakukan segala aktivitas,” katanya saat ditemui di kantor PCNU Boyolali Jumat 25 Januari 2019.
Khatib Syuriah PCNU Boyolali tersebut menandaskan, seharusnya pesta demokrasi membawa kegembiraan. Mengingat yang namanya pesta suasana harus tanpa membawa kerusakan atau perpecahan. Dia meminta masyarakat tak saling melecehkan satu dengan lain. Hal itu sesuai dengan hakikat manusia yang diciptakan untuk menjaga persatuan dan menjaga kedamaian.
“Jangan sampai, masyarakat terpengaruh bisikan iblis yang menginginkan permusuhan satu dengan lain. Hal itu sesuai dengan salah satu firman Allah dalam Al-Qur’an yang menginginkan membuat kerusakan didunia dan saling bermusuhan,” terang dia.
Berkait adanya dua pasangan calon presiden, Joko menghimbau agar masyarakat lebih menikmati rahmat. Kedua kandidat pasangan capres tersebut adalah putra terbaik Indonesia. Kedua pasangan capres itu, lanjut Joko, secara lahiriah merupakan pilihan Komisi Pemilihan Umum, akan tetapi pada hakekatnya mereka di pilih oleh Allah.
“Semua piliihan Allah baik. Jadi masyarakat hendaknya dapat memilih yang terbaik dengan didasari hati nurani tanpa paksaan apapun,” katanya.
Selain mendorong mereka untuk tetap menyalurkan haknya dan memilih pemimpin yang paling baik. Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Ijazul Qur’an, Desa Kateguhan, Kecamatan Sawit ini juga menyayangkan adanya informasi di media Sosial penyebaran fitnah dan terkesan saling memojokkan yang berpotensi menimbulkan konflik antar umat islam.
Ulama Boyolali ini menegaskan agar masyarakat Boyolali dan Soloraya untuk dapat berpartisipasi menyalurkan haknya pada pemilu 2019 mendatang. Aktifitas apapun yang didasari dengan keikhlasan merupakan sebuah ibadah. “Karena melaksanakan hak memilih dalam pemilu adalah salah satu ibadah yang harus kita syukuri. Jadi jangan sampai golput,” tegasnya.