FOKUS JATENG-SRAGEN-Semua profesi bisa saja terpapar ajaran radikalisme dan intoleransi. Termasuk juga Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ada di Kabupaten Sragen. Hal ini menjadi kewaspadaan semua pihak dalam menanggulangi masalah tersebut.
Kepala Bidang (Kabid) Ketahanan dan Kesatuan Bangsa Badan Keatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Sragen Agus Endarto tidak memungkiri ada ASN di Sragen yang terpapar radikalisme. Dia menyampaikan ada dari elemen guru yang menjadi simpatisan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang dibubarkan pemerintah. ”Kalau jumlahnya yang terpapar masih kecil,” ujarnya Kamis 6 Septembet 2018.
Dalam kesempatan usai mengisi acara Seminar Kebangsaan yang didukung Gerakan Pemunda (GP Ansor) dan Forum Masyarakat Sragen (Formas) itu, Agus menyampaikan tetap ada upaya deradikalisasi bagi warga Sragen. ”Kita ajak dialog, silaturahmi, simpel saja kita ajak upacara bendera dan mendorong dalam kegiatan agenda nasionalisme,” ujarnya.
Sementara itu, Kapolres Sragen AKBP Arif Budiman yang juga hadir menyampaikan sikap para teroris punya benang merah yang sama, yakni sikap intoleran tidak menghargai perbedaan. ”Menghargai perbedaan bagian yang harus kita lakukan. Tidak mungkin semua sama, manghargai agama, warna kulit dan sebagainya. Konflik Ambon dan Poso bagian Sejarah kelam bangsa. Dipicu sikap tidak toleran,” tegasnya.
Dia menyampaikan sikap toleransi kunci menyikapi perbedaan bangsa kita. Pihaknya menyampaikan bahwa Kalau mencari perbedaan tidak pernah selesai, karena selalu ada baik individu maupun kelompok.
Dia menjelaskan pencegahan radikalisme ada beberapa aspek. Aspek Penegakan hukum menjadi ranah Detasemen Khusus (Densus) 88. ”Densus sendiri kesulitan menempatkan napi terorisme dalam lapas. Jika dijadikan satu akan menambah kekuatan teroris. Dicampur jadi satu dengan napi umum mempengaruhi napi yang lain,” bebernya.
Dia menyampaikan deradikalisasi juga terus diupayakan oleh BNPT, Pemerintah daerah dan sebagainya. Dia menyampaikan di Sragen ada yang berhasil melakukan deradikalisasi mantan narapidana terorisme dengan merubah mindset pelaku tindak terorisme.