FOKUS JATENG-BOYOLALI-Penyakit leptospirosis tidak hanya menular ke manusia, namun juga ke hewan ternak. Hewan ternak milik warga di Boyolali sudah ada yang positif terjangkit bakteri akibat kencing tikus ini.
Hal ini diungkapkan Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali Sherly Jeanne Kilapong, kepada wartawan Selasa 13 Februari 2018. Dikatakan, bakteri leptospira di Boyolali ternyata tidak hanya pada tikus saja. Namun juga ditemukan di hewan ternak warga.
“Kita sudah periksa tahun kemarin, tikus positif. Tahun ini sapi juga ada yang positif dan tahun kemarin kambing juga ditemukan positif (mengandung bakteri leptospira). Paling sering teorinya di tikus, tetapi sapi dan kambing bisa kena juga,” terangnya.
Ternak yang tertular bakteri leptospira aman dikonsumsi asalkan dimasak secara matang terlebih dahulu. Ternak tersebut jika sudah diberi antibiotik juga akan sembuh, bakterinya akan mati.
“(Jika ternak belum diberi antibiotik) Kalau sudah dimasak tidak masalah (daging bisa dimakan). Yang berbahaya bagi yang menyembelih, yang motong-motong, yang memasak. Jika ada luka di tangan, bisa menular lewat luka itu,” tegas dia.
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Peternakan (Disnakan) Boyolali Afiany Rifdania juga mengakui ada ternak warga yang tertular penyakit tersebut. Pihaknya pun menyatakan sudah mengambil langkah-langkah pengobatan kepada ternak warga tersebut dan melakukan lokalisir.
“Setelah mendapat laporan, kami langsung menindaklanjutinya dengan mengambil sampel darah di ternak milik warga di Ngemplak. Karena penyakit ini ditularkan oleh kencing tikus yang kencing tikus itu bisa dimakan oleh ternak dan ternaknya bisa terjangkit,” ujarnya.
Pengambilan sampel dari ternak warga tersebut dilakukan, dikarenakan masyarakat di Boyolali kandang ternaknya biasanya dekat dengan rumah dan setiap hari kontak dengan hewan ternak itu. Hal ini dikhawatirkan juga tertular dan kemudian menular ke manusia.
“Tugas kami mencegah dan menanggulangi agar tidak menyebar kemana-mana. Caranya, kita pengobatan ternak. Kita sudah melakukan pengobatan ternak di sekitar korban yang ada di Ngemplak. Dari kami bergerak di ternaknya,” ungkapnya.
Sampel darah dari ternak warga itu diambil dari daerah yang ada kasus (penderita leptospirosis) dan sekitarnya. Sampel darah ternak itu kemudian dikirim ke laboratorium di Salatiga untuk dilakukan penelitian.
“Tempo hari sudah 32 sampel yang kita kirimkan itu semuanya negatif. Yang tahun 2017 itu negatif. Nah yang 2018 ini, kita baru ambil 25 sampel. 15 baru diteliti dan 10 sampel sudah keluar hasilnya, tiga diantaranya positif (mengandung bakteri leptospirosa). Ada kambing, domba dan sapi. Karena positif di daerah itu kita lakukan pengobatan,” tandasnya.
Menurut dia, penyakit leptospirosis ini sifatnya sub klinis, tidak tampak dari luar. Jadi ternak yang terkena penyakit ini tetap tampak sehat-sehat saja. Sehingga tidak diketahui ternak yang terkena penyakit tersebut.