Fokus Jateng- BOYOLALI,- Ratusan pengunjung membanjiri kawasan wisata Gunung Nganten Desa Lencoh Selo saat digelarnya tradisi Sedekah Gunung Merapi yang ditandai larung kepala kerbau malam satu Suro, Sabtu 6 Juni 2024 malam di joglo Mandala Lencoh Selo Boyolali.
“Ada peningkatan sangat signifikan saat malam 1 Suro pada 6 Juli kemarin. Mereka menginap disini (Gunung nganten),” kata Subagio pengelola wisata Gunung Nganten Desa Lencoh Selo.
Meski banyak tempat penginapan di kawasan Selo. Namun tidak sedikit pengunjung pada malam 1 Suro itu yang memilih mendirikan tenda camping ground di Gunung Nganten. Setidaknya ada 60 tenda berdiri di kawasan itu.
Disisi lain, Bagio mengatakan kendati tidak ada acara secara resmi, ada beberapa pengunjung yang sengaja menikmati malam 1 suro dari kawasan Gunung Nganten.
“Ada beberapa yang tidak tidur semalam suntuk. Tapi banyak yang memang sengaja berwisata,” katanya. Senin 8 Juli 2024.
Salah satu wisatawan asal Sragen, Wawan datang bersama rombongannya sengaja memilih mendirikan tenda yang sudah disediakan oleh pengelola wisata Gunung Nganten. Menurutnya dengan menginap di tenda selama perhelatan prosesi sedekah Gunung Merapi lebih hemat.
“Kami datang berempat pakai motor dan mendirikan tenda di Gunung Nganten jauh lebih murah daripada di penginapan,” ujarnya.
Untuk satu tenda ia mengeluarkan tak lebih dari Rp 100.000. Menurutnya biaya berempat terhitung murah. Mengingat disekitar area camping juga terdapat beberapa fasilitas.
“Ada air bersih, juga tidak bingung kalau baterai handphone habis, kalau lapar ada warung tuh di atas,” selorohnya.
Kendati demikian, ia mengakui tidur di tenda jauh lebih dingin dibanding dengan penginapan. Suhu udara kawasan Lencoh Selo malam itu mencapai 17 derajat celcius sempat membuatnya sulit tidur.
“Sudah pakai jaket tangkap sama sarung masih tembus. Beruntung pengelola juga menyediakan kayu bakar.”
Pengunjung lainya, Edi mengaku tidak menyangka ada lokasi camping ground di Selo. Sedianya warga Klaten ini mencari penginapan. Namun ia melihat banyak tenda berdiri di kawasan Gunung Nganten.
” Sempat kami kira kafe, tapi kok ada tendanya. Ya udah langsung aja belok sini ( Gunung Nganten),” katanya.
Edi yang datang bersama istri dan dua anaknya mengaku memilih mendirikan tenda karena berasa lebih menyatu dengan alam. Mengingat malam 1 Suro hanya ada sekali dalam setahun.
“Kalau tidur di hotel atau penginapan sudah biasa, karena ini momen langka ya kami pilih mendirikan tenda,” imbuhnya. (**)