FOKUS JATENG-BOYOLALI- Dampak pandemi Corona yang diikuti kenaikan bahan bakar minyak (BBM) cukup memukul para perajin kuningan dan alumunium di Desa Kembangkuning, Cepogo.
Harga bahan baku terus merangkak naik hingga Rp 200.000 per minggu. Bahkan saat ini, bahan baku kuningan tembus Rp 3000.000 per lembar dan perajin pun sempat terancam gulung tikar.
Salah satu perajin, Joko Riyanto (38) mengaku terpukul dengan adanya lonjakan harga tersebut. Tak hanya penurunan omzet, namun para perajin juga kesulitan untuk mendapatkan bahan baku. Mengingat bahan baku lembaran tembaga masih harus diimpor dari luar negeri.
“Memang bisnis sempat macet gara-gara pandemi. Semua alokasi anggaran di pemerintahan dan instansi negara kan dialihkan semua ke covid-19. Baru ini mulai ada lagi orderan masuk. Tapi, kita terganjal bahan baku,” jelasnya pada Minggu 11 Desember 2022.
Selama ini, pasokan bahan baku kuningan memang mengandalkan dari Eropa dan China. Lalu, pasca isu kenaikan BBM, bahan baku kuningan berganti harga. Dari Rp 2.700.000 menjadi Rp 3000.000 per lembar untuk ketebalan bagus. Harga bahan baku memang tergantung ketebalan dan panjangnya.
“Saya buat ini, pakai kuningan ukuran 2×2 meter dengan ketebalan 0,6 sentimeter harganya sudah Rp 2.500.000. Ini buat ornamen untuk penghias lampu. Memang harganya itu dilihat dari ukuran perlembar dan ketebalannya. Ini harga bahan baku masih naik terus, seminggu bisa dua kali kenaikan. Perlembar bisa Rp 200.0000 naiknya,” katanya.
Kondisi tersebut membuatnya harus pandai mengatur harga. Dia selalu menekankan pada pembeli bahwa pemesanan barang dengan sistem pre order harus memberikan down payment. “Ini alhamdulillah orderan mulai lancar. Paling gak sebulan satu orderan. Saya juga jaga komunikasi dengan pelanggan,” katanya.
Disisi lain, sebagian perajin mulai beralih ke pembuatan alat dapur berbahan alumunium. Karena perputaran uang cenderung cepat. Karena pengepul yang langsung menerima barang jadi. Selain itu, harga bahan baku lebih murah. (*)