FOKUS JATENG–YOGYA– Komunikasi menjadi penting saat berada di sebuah negara tertentu. Bahasa lokal harus dipahami, agar komunikasi bisa nyambung.
Demikian inti penjelasan Mantan Konsul Jenderal Republik Indonesia di Songkhla, Thailand, Drs. Heru Wicaksono, M.M dalam talkshow bertema Sawatdee P’talk: Spill The Tea of Thailand Nature di Ruang Seminar, Gedung Agus Salim, Kampus II UPN “Veteran” Yogyakarta.
“Dulu saya pernah menjadi juru runding pembebasan sandera antara Taliban dan Korea Selatan. Kemampuan negosiasi sangat diasah disini. Antara kedua belah pihak memiliki keinginannya masing–masing. Sehingga saya harus menengahi agar permasalahan segera usai,” jelasnya dalam rilis yang diterima Fokusjateng.com, kemarin.
Dia menyampaikan pengalamannya saat merasakan susahnya menjadi diplomasi Indonesia di Thailand saat itu. Menurutnya, bahasa menjadi salah satu tantangan dan hambatan bagi warga asing yang ingin berkomunikasi dengan warga lokal.
“Saat datang pertama kali, saya naik taksi ke hotel. Saya bilang ke sopirnya, first hotel. Tapi, sopirnya tidak paham padahal saya sudah menyampaikan dengan Bahasa Inggris yang benar. Akhirnya saya telepon KBRI Thailand ternyata pengucapan bagi warga lokal adalah path otel. Perbedaan aksen dan pengucapan ini yang jadi kesulitan bagi warga disana,” demikan Heru memaparkan pengalamannya pada kegiatan kuliah umum tersebut.
Kuliah umum tersebut diikuti 200 mahasiswa ini. Heru menyampaikan beberapa materi pembahasan di antaranya, peran seorang Humas dalam hubungan diplomatik bilateral terkhusus antara Thailand dan Indonesia, serta pengalamannya menjadi seorang Konsul Jenderal RI di Songkhla, Thailand.
Menurutnya, pembahasan ini memang mengarah pada civitas akademik di bidang Hubungan Internasional.
Disebutkan, hubungan masyarakat juga turut andil dalam terjalinnya sebuah hubungan bilateral antar sebuah negara dalam mengimplikasikan peran komunikasi, terutama guna menjalin sebuah hubungan diplomatik
Di sisi lain, Jasmine Nurhaliza, Ketua Acara menjelaskan, bahwa pemilihan Thailand sebagai negara yang dipresentasikan, karena negara tersebut masih berada di lingkup Asia dan dekat dengan Indonesia.
Dia menambahkan, acara ini bertujuan untuk mengulik lebih dalam lagi mengenai perbedaan budaya, politik dan kehidupan di Thailand.
Mahasiswa yang hadir sangat antusias pada kegiatan tersebut, terutama peran Humas dalam politik internasional.
Marshanda Ruth, salah seorang peserta berharap agar acara Sawatdee P’Talk dapat berlanjut menjadi acara yang lebih berkualitas dan bisa menampilkan negara lain untuk dipresentasikan.
“Dengan diselenggarakannya kuliah umum ini menjadi sebuah langkah awal bagi mahasiswa yang nantinya mungkin bisa mengenalkan budaya Indonesia secara langsung di Thailand,” tutup Machya Astuti Dewi, Dekan FISIP UPN Veteran Yogyakarta. (Didik Kartika)