FOKUS JATENG-BOYOLALI-Menjadi Kader JKN-KIS merupakan pilihan yang diambil Nurkholis untuk menolong masyarakat agar lebih mudah melakukan pembayaran. Selain itu ia menganggap tugas sebagai Kader JKN-KIS adalah kesempatan untuk menjalin hubungan yang baik dengan warga binaan.
Pria yang berusia 37 tahun ini terdaftar sebagai Kader JKN-KIS sejak 1 September 2018. Tugasnya sebagai Kader JKN-KIS ia jalani dengan sepenuh hati. Hal ini terbukti dari jumlah iuran peserta menunggak yang berhasil ia kumpulkan dari September 2018 hingga Maret 2019 lebih dari seratus juta rupiah.
“Saya diberi amanah oleh BPJS Kesehatan untuk menagih iuran di dua kecamatan yaitu Kecamatan Wonosegoro dan Kecamatan Nogosari. Alhamdulillah respon masyarakat bagus sehingga setiap peserta yang saya datangi mayoritas bersedia membayar,” ujar Nurkholis saat ditemui di rumahnya.
Nurkholis menjelaskan bahwa ia membawahi dua kecamatan binaan dengan total empat belas desa binaan. Sembilan desa binaan berada di Kecamatan Wonosegoro yaitu desa Bengle, Garangan, Gilirejo, Gunungsari, Jatilawang, Karangjati, Kedungpilang, Kalinanas, dan Ngablak yang juga merupakan alamat tempatnya tinggal. Sedangkan lima desa binaan berada di Kecamatan Nogosari yaitu desa Pojok, Pulutan, Glonggong, Bendo, dan Keyongan.
Nurkholis merupakan kader JKN-KIS terbaik dari BPJS Kesehatan Cabang Boyolali pada tahun 2018 lalu karena tertinggi dalam mengumpulkan iuran peserta PBPU (Pekerja Bukan Penerima Upah) menunggak. Ia menceritakan bahwa setiap hari sebelum berangkat untuk menagih iuran ia telah mempersiapkan terlebih dahulu data warga yang akan ia datangi, baik alamat maupun jumlah iuran yang tertunggak.
Data peserta PBPU yang menunggak iuran empat sampai dengan duabelas bulan ia dapatkan dari BPJS Kesehatan. Selanjutnya ia pilah-pilah berdasarkan domisili dan juga jumlah iuran tertunggak. Hal ini ia lakukan agar setiap kunjungannya selalu efektif dan efisien. Ia mempunyai target setiap hari minimal berhasil mendatangi sepuluh rumah warga.
“Kunci keberhasilan menagih iuran sebenarnya cuma satu. Saya menganggap warga binaan itu adalah bagian dari keluarga. Jadi setiap mengunjungi rumah warga binaan saya selalu menanamkan dalam pikiran bahwa saya sedang silaturahim mengunjungi sanak saudara. Alhamdulillah selama ini selalu diterima baik oleh warga,” ujar Nurkholis.
Ia juga menambahkan bahwa keberhasilannya dalam menagih iuran disebabkan karena desa binaannya merupakan desa-desa yang dekat dengan tempat tinggalnya. Hal ini memberi keuntungan bagi Nurkholis karena ia telah mengenal wilayah dan tipe karakteriktik warga binaannya.
Menurutnya pendekatan dengan metode kekeluargaan yang ia terapkan sangat tepat dengan situasi yang ia hadapi. Dengan metode kekeluargaan maka warga pun tidak merasa sedang ditagih, tetapi seperti sedang dikunjungi oleh keluarga atau kerabat yang ingin silaturahim.
Nurkholis mengungkapkan bahwa segala sesuatu yang diniati baik, inshaa Allah akan menghasilkan sesuatu yang baik. Sehingga niat awalnya yang ingin membantu warga dalam membayar iuran JKN-KIS juga menghasilkan sesuatu yang baik baginya dan masyarakat lainnya. Warga merasa tertolong karena mendapat kemudahan pembayaran iuran JKN-KIS, serta diingatkan secara rutin oleh Nurkholis untuk membayar iuran bulanan JKN-KIS.