Tenang! Meski Musim Kemarau tapi Produksi Susu Sapi di Lereng Merapi Boyolali Tetap Stabil

Bakdo Sapi yang digelar di wilayah Musuk, Boyolali, beberapa waktu lalu. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG – BOYOLALI – Musim kemarau tidak berpengaruh pada produksi susu sapi di wilayah lereng Gunung Merapi Boyolali, Jawa Tengah. Seperti di Kecamatan Musuk, Boyolali, produksi susu sapi milik petani stabil. Rata-rata setiap harinya mampu memproduksi 32 ton atau 32 ribu liter.

Hal ini diungkapkan Ketua KUD Musuk Sri Kuncoro kepada wartawan Senin 6 Agustus 2018. “Musim kemarau tidak berdampak pada produksi susu sapi. Buktinya di Musuk tetap tinggi produksinya,” jelasnya.

Seluruh produksi susu terserap oleh KUD yang selanjutnya dikirimkan ke industri pengolahan susu (IPS) di wilayah Kecamatan Mojosongo. Harga susu bervariasi tergantung kualitasnya.

“Harga susu dari petani antara Rp 4.200- Rp 4.800 per liter. Sebagian besar susu justru masuk kategori kualitas bagus sehingga dihargai tinggi,” kata dia.

Peternak harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk pemenuhan pakan ternak sapinya. Selain menambah campuran pakan ternak atau bren atau konsentrat, peternak juga harus membeli singkong dan rumput atau hijauan.

Termasuk membeli air bersih untuk minum sapi. Pasalnya, wilayah Kecamatan Musuk minim sumber air. Pada setiap musim kemarau, sebagian besar warga harus membeli air bersih dari pengusaha air swasta.

”Bahkan, peternak lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan air untuk ternaknya daripada untuk kebutuhan diri dan keluarganya,” ujarnya.

Kesadaran peternak untuk memenuhi kebutuhan ternaknya saat ini semakin tinggi. Kondisi ini berbeda dengan musim kemarau lalu. Dimana, produksi susu sapi segar merosot hingga 30 persen lebih karena minimnya pemenuhan air bersih.

Pihaknya juga terus berupaya mendorong para peternak untuk lebih memperhatikan kesehatan ternaknya. Yaitu dengan memeriksakan kesehatan ternak secara rutin. Peternak juga diajak menjag kebersihan kandang.