FOKUS JATENG-BOYOLALI-Satu lagi destinasi wisata alternatif lahir di wilayah Boyolali Utara. Yakni Agro Wisata Kebun Jambu Brahollo di wilayah perbatasan antara Desa Kendel, Kecamatan Kemusu dengan Desa Kadipaten, Kecamatan Andong.
Objek wisata ini sudah soft launching pada tanggal 13 Juni 2018 dan dilaunching dengan karnaval budaya H+3 Lebaran 2018 lalu. “Objek wisata yang merupakan ikon baru di Kabupaten Boyolali berupa kebun jambu ini dirintis belum lama,” terang Kepala Desa (Kades) Kadipaten Maryono, saat memaparkan di hadapan pendamping desa se-Kabupaten Boyolali, Selasa 26 Juni 2018.
Pengerjaan awal hingga launching hanya dikerjakan sekitar dua bulan. Namun, cikal bakal objek wisata ini sudah ada sejak 2002 berupa kebun jambu. “Setelah dilaunching, pengunjung diluar prediksi. Sampai jambunya sudah habis. Karena dua tiga hari pertama banyak yang metik,” papar dia.
Keberadaan kebun jambu Brahollo ini, lanjut kades, tidak terlepas dari keterlibatan banyak pihak. Yakni pemerintah desa, kecamatan, dan kabupaten, bahkan para pendamping desa yang bertugas di Kecamatan Andong.
“Lokasinya ini berada di Desa Kendel. Kemudian dikelola dua desa, yakni Kadipaten dan Kendel, Kecamatan Kemusu. Ke depan masih membutuhkan bantuan banyak pihak. Agar ke depan objek wisata ini bisa dikenal di Jateng, bahkan nasional,” jelasnya.
Ke depannya, objek wisata ini akan ditata profesional dikelola BUMDesa dan pemilik lahan. Dibutuhkan investasi dana karena ke depan masih banyak yang dikembangkan. Termasuk pengelolaannya melibatkan para pendamping desa.
Sebelum di-launching, pemdes melakukan studi banding dua kali. Pada bulan Februari 2018 ke Kampung Coklat Blitar dan awal April ke Kebun Jambu Ngargoyoso, Karanganyar. “Setelah kami mantap, langsung jalan dan jadinya sudah seperti ini,” tuturnya.
Sementara itu, para pendamping desa, baik tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten mengadakan rapat koordinasi (rakor) P3MD di objek wisata Kebun Jambu Brahollo. Koordinator Tenaga Ahli (TA) Kabupaten Boyolali Maya Yudayanti mengapresiasi pemerintah desa setempat dan pendamping di lokasi dampingan.
“Ini kerja dampingan yang nyata. Sinergi antara pendamping desa dengan pemerintah desa bisa melahirkan objek wisata. Diharapkan ini bisa dilakukan di desa-desa lain, sehingga potensi desa bisa muncul untuk dikembangkan,” terangnya.