FOKUS JATENG-BOYOLALI-Penyakit leptospirosis memakan korban jiwa di Kabupaten Boyolali. Pada bulan Januari-Februari 2018, sudah ada enam kasus, tiga orang penderita di antaranya meninggal dunia. Kasus penyakit yang diakibatkan bakteri kencing tikus ini mengalami peningkatan.
Hal ini diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Boyolali, Sherly Jeanne Kilapong Senin 19 Februari 2018. “Bulan Januari dan Februari 2018 ini ada 6 kasus penyakit leptospirosis dan 3 orang diantaranya meninggal dunia,” katanya.
Sebaran kasus leptospirosis ini di Kecamatan Ngemplak, Nogosari, Andong, Musuk, dan Banyudono. Sedangkan 3 korban yang meninggal dunia dari Ngemplak dan Banyudono. “Tiga yang meninggal dunia dari Kecamatan Ngemplak 2 orang dan Banyudono 1 orang,” papar dia.
Penyakit akibat bakteri leptospira tersebut di Boyolali sudah ditemukan sejak tahun 2012 lalu. Kasus tersebut terus meningkat setiap tahunnya. Sempat menurun di tahun 2016. Namun di tahun 2017, kasus penyakit ini drastis.
Data di Dinas Kesehatan Boyolali, di tahun 2012 ditemukan 3 kasus penyakit lepsospirosis. Satu orang diantaranya meninggal dunia. Kemudian di tahun 2013 terdapat 4 kasus dan 3 meninggal dunia.
Di tahun 2014 terjadi 19 kasus dan 7 meninggal dunia. Selanjutnya di tahun 2015, sempat menurun yakni terdapat 17 kasus dengan jumlah korban meninggal dunia 4 orang. Pada tahun 2016, terjadi penurunan kasus lagi. Hanya terjadi 7 kasus saja dan tidak sampai ada yang meninggal dunia.
Di tahun 2017 terjadi 34 kasus. Dari jumlah tersebut 9 korban meninggal dunia. Penyakit ini kebanyakan terjadi di wilayah Kecamatan Ngemplak. Selain itu juga ditemukan antara lain di Kecamatan Nogosari, Sambi, Simo, Teras dan Musuk.
Dengan demikian sejak tahun 2012 lalu hingga saat ini telah terjadi 90 kasus warga yang terkena penyakit leptospirosis di Boyolali. Dari jumlah tersebut 27 diantaranya meninggal dunia.
Dijelaskan Sherly, penularan penyakit leptospirosis ke manusia. Bisa saja kencing tikus ke air kotor saat banjir atau air sawah. Bisa juga kotoran tikus yang mengenai makanan langsung kemudian dikonsumsi manusia.
Kencing tikus di air akan menular ke manusia melalui luka pada kulit. Bakteri leptospira itu akan masuk ke tubuh manusia melalui luka tersebut. “Kalau kulit utuh (bakteri leptospira) tidak bisa nembus,” jelasnya.