KARANGANYAR – Seluruh jajaran kepolisian dan kementerian agama di seluruh daerah diminta sinergis untuk mencegah masuknya paham radikal di masyarakat. Penyuluh agama diminta memberikan pengertian bagi takmir masjid agar dapat bersikap toleransi dan tak eksklusif dalam beragama.
Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Condro Kirono menjelaskan, radikalisme tidak hanya terjadi kalangan umat Islam, hanya saja dalam agama ini kekerasan disimpangkan dengan seolah olah jihad. Hal itu yang perlu diantisipasi jangan sampai paham semacam itu memicu kerusuhan.
Baca juga: Kodim Boyolali Blusukan ke Pesantren Tangkal Radikalisme
“Agar dapat dicegah. Tolong KUA berkoordinasi dengan seluruh jajaran polisi, intel, binmas, dan lainnya untuk turut melakukan pembinaan pada takmir masjid, agar takmir tidak eksklusif, takmir diarahkan menjadi takmir yang toleransi dan rohmatan lil’alamin. Kapolsek dan KUA harus sinergis. Masalah makan tumpeng nggak boleh. Jangan sampai terjadi kekerasan hanya karena beda paham,” kata Kapolda dalam acara Sarasehan Pencegahan Radikalisme Berbasis Agama bersama Kementerian Agama Jawa Tengah yang dihadiri kepolisian dan pegawai Kemenag di Soloraya ini, Rabu (26/7).
Baca juga: Di Klaten Ada Desa Pancasila
Dalam agama Islam, lanjut dia, umatnya tak boleh bicara yang jelek. Tapi jika media sosial dibuka isinya banyak sekali saling menjelekan dan menggunjing. Itu menjadi tugas semua pihak untuk saling mengingatkan agar jika tak bisa bicara baik, lebih baik diam saja.