Para nasabah gruduk usaha penggilingan batu diduga milik BLN, di Boyolali

Fokus Jateng-BOYOLALI,- Geram, tak kunjung ada kejelasan, puluhan korban nasabah BLN menggeruduk pabrik pemecah batu di Desa Tanduk, Kecamatan Ampel, Boyolali. Pabrik tersebut diduga merupakan aset Koperasi BLN.
Saat mereka tiba, pada Selasa 07 Oktober 2025 siang. gerbang pabrik dalam kondisi terkunci dan tidak ada aktivitas apapun. Para nasabah kemudian membuka paksa kunci gembok dengan cara merusak menggunakan palu, setelah berhasil masuk, disana hanya terlihat mesin pemecah batu yang masih ditinggalkan.
Tidak ada alat berat maupun kendaraan operasional yang berada di dalam area pabrik. Kendati demikian para nasabah itu juga meneriakkan bahwa pabrik pemecah batu tersebut adalah milik mereka.
Tak lama kemudian, mereka kembali mengunci gerbang dengan gembok yang baru, serta memasang spanduk bertuliskan “Aset Di Dalam Lokasi Ini Milik Korban BLN”.
Sebelumnya, saat para nasabah memasuki area pabrik pemecah batu, tampak seorang ibu berteriak histeris. Ia menangis tersedu lalu meneriakkan nasib anak-anaknya yang tidak memiliki uang saku seperti anak sebayanya karena ia terlilit utang bank demi investasi ke koperasi BLN sebesar Rp240 juta.
Perempuan bernama Untit Krisnayogi asal Purwodadi itu mengaku sejak pertama kali menjadi nasabah pada akhir tahun 2024, hingga kini belum pernah mendapat setoran dari koperasi yang berpusat di Salatiga tersebut.
“Harapan saya, uang saya ya harus kembali, itu karena uang pinjaman saya di bank, nanti kalau uang saya kembali, saya mau setor ke bank, jadi nanti saya wis ora setres (sudah tidak pusing),” ucapnya.
Dilokasi yang sama, Juru bicara korban BLN, Aris Carmadi mengungkapkan, tujuan korban BLN datang ke tempat tersebut ialah untuk melakukan inventarisasi serta pengamanan aset aset koperasi sampai kasus selesai.
“Kita tidak mau mengambil secara pribadi, kita tidak ingin melakukan perampasan aset, tapi kita mengamankan supaya tidak hilang barang bukti ini, bahwa ini termasuk punya BLN,” katanya.
Aris menjelaskan, korban yang datang berasal dari berbagai daerah, diantaranya Rembang, Jogja, Solo, Magelang, Wonosobo, Purwodadi, serta Boyolali.
Menurut informasi yang diterima Aris, kegiatan unit penggilingan batu yang di datangi massa korban BLN tersebut sudah berjalan sejak tahun 2023 akhir.
“Kalau di Boyolali, yang ada hubungannya dengan BLN yang kita tahu ada 3, disini (penggilingan batu), Nusantara Mobilindo, dan billiard,” tambahnya.
Sementara, AKP Sunarto menjelaskan pihaknya hanya melakukan pengamanan agar tidak terjadi tindak pidana.
“Ya macam macam, mungkin pengambilan, pemukulan kepada penjaga, atau apa, saya tidak mau terjadi seperti itu, karena saya sekali yang punya wilayah berhak untuk melakukan pengamanan.” ( yull/**)