Pedagang di CFD Boyolali tembus 800 UMKM, pendaftaran pedagang baru ditutup sementara

CFD Perdana di Bolulevard Soekarno,Komplek Perkantoran Terpadu Pemkab Boyolali pada 14 September 2025 lalu (doc/Fokusjateng.com)

Fokus Jateng-BOYOLALI,-Warga yang berminat membuka lapak di area CFD (Car Free Day) Boulevard Soekarno,Komplek Perkantoran Terpadu Pemkab Boyolali masih membludak. Meski pendaftaran telah ditutup sementara. Mereka masih mempertanyakan nasibnya , mengingat mereka sempat mendaftar on the spot (OTS) pedagang CFD, namun belum menerima kepastian dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Boyolali.
Kepala Disdagperin, Purnawan mengungkapkan antusias akan pelaksanaan CFD tersebut tak hanya dirasakan masyarakat, tapi juga para pedagang tau UMKM yang sebelumnya telah aktif berpartisipasi saat CFD masih berlangsung di Jalan Pandanaran. Tingginya minat UMKM untuk berjualan di CFD dapat terlihat di jumlah UMKM yang terdata di Disdagperin Boyolali.
Purnawan menyebut, ada 800 an pedagang yang berjualan di CFD, meliputi 300 pedagang dari paguyuban CFD lama, 200 an pedagang paguyuban Alun alun kidul (Alkid), serta 300 pedagang yang masuk waiting list CFD.Namun setelah dilakukan penghitungan ulang, didapat jumlah pasti yakni 121 pedagang dari Paguyuban Alkid, 300 pedagang paguyuban CFD lama, serta 300 pedagang dari data waiting list.
“Mereka sangat antusias sekali, sampai sekarang masih banyak UMKM yang mendaftar untuk bisa gabung. Tapi nanti dulu ya, karena ingin evaluasi dan bisa menata dengan rapi,” kata Purnawan saat ditemui wartawan pada Jumat 26 September 2025.
“Jadi bukan ditutup, takutnya nanti salah tangkap, sebenarnya hanya pendaftaran OTS saja, karena kemarin sudah sangat banyak pedagang, ditakutkan saling tumpang tindih antar pedagang,” imbuhnya.
Purnawan menambahkan, Disdagperin akan kembali membuka pendaftaran untuk mengisi kuota pedagang. Adapun lokasi para UMKM berjualan nantinya yakni di depan kantor satpol PP hingga ke utara. Selain itu, pihaknya telah mengatur penempatan lokasi berjualan sehingga tidak terjadi rebutan tempat jualan.
“Kami sebenarnya ingin menampung seluruh pedagang, namun karena keterbatasan lahan, jadi terpaksa belum bisa menampung semua, oleh sebab itu pedagang baru harus waiting list dulu,” pungkasnya. (yull/**)