Hari Tani di Karanganyar Gelar sarasehan : Petani dan Mahasiswa Gugat Monopoli Tanah, Bupati Jawab dengan Gagasan BUMP dan Pertanian Organik

 

FOKUSJATENG.COM, KARANGANYAR – Peringatan Hari Tani Nasional pada Rabu, 24 September 2025, di Kabupaten Karanganyar diwarnai oleh suara kritis dari aliansi petani dan mahasiswa yang menyoroti masalah fundamental agraria, mulai dari monopoli tanah oleh segelintir elite hingga ancaman produk impor yang memukul pasar lokal. Menanggapi gugatan tersebut, Bupati Karanganyar, Rober Kristanto, memaparkan visi konkretnya untuk membentuk Badan Usaha Milik Petani (BUMP) dan mentransformasi Karanganyar menjadi pusat pertanian organik.

Audiensi yang digelar di kantor Pemerintah Kabupaten Karanganyar ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk Aliansi Buruh Tani Sukoharjo, Front Mahasiswa Nasional (FMN) UMS, BEM Fakultas Pertanian UMS, dan Forum Membangun Desa Karanganyar. Mereka datang membawa data dan rekomendasi kebijakan sebagai kelanjutan dari perjuangan yang telah disuarakan setahun sebelumnya.

“Kehadiran kami di sini untuk menyampaikan beberapa hal genting bertepatan dengan Hari Tani Nasional,” ujar salah seorang perwakilan aliansi saat membuka dialog.

Ketimpangan Lahan dan Ancaman Impor Jadi Sorotan Utama

Perwakilan Front Mahasiswa Nasional (FMN) UMS, Muhammad, dengan tegas memaparkan dua ancaman besar bagi kedaulatan pangan nasional. Pertama adalah ketimpangan kepemilikan lahan yang ekstrem. Mengutip data Menteri ATR/BPN per Juli 2025, ia mengungkap fakta yang mencengangkan.

“Sebanyak 48% dari 55,9 juta hektar tanah bersertifikat di Indonesia, atau sekitar 26,8 juta hektar, hanya dikuasai oleh 60 tuan tanah besar” ungkapnya. Menurutnya, data ini menjadi bukti nyata adanya monopoli tanah yang membuat jutaan petani hanya menjadi buruh di tanahnya sendiri, sehingga agenda reformasi agraria sejati menjadi sebuah keharusan mendesak.

Ancaman kedua datang dari kebijakan perdagangan internasional. Muhammad menyoroti perjanjian tarif dengan Amerika Serikat yang mewajibkan Indonesia membeli produk pertanian senilai 4,5 miliar US Dollar. “Ini menjadi keprihatinan utama kami. Produk agrikultur seperti kedelai dan jagung dari Amerika akan membanjiri pasar Indonesia dan menjadi faktor paling pokok mengapa pasar untuk petani kita sangat terpukul,” tegasnya.

Sementara itu, perwakilan petani, Yosep, menyoroti permasalahan di tingkat lapangan. Ia meminta agar bantuan alat pertanian yang disalurkan lebih tepat sasaran dan disesuaikan dengan kondisi lokal. “Bila bantuan tersebut dikelola kelompok tani dan harus disewa untuk biaya perawatan, mohon harga sewa tidak terlalu mahal,” pintanya.

Yosep juga berharap peran koperasi dapat dioptimalkan untuk menyerap hasil panen petani secara adil. “Kami juga meminta pemerintah Karanganyar agar membuat regulasi yang baik, sehingga anggaran yang ada benar-benar terserap tepat sasaran untuk kesejahteraan petani,” tambahnya.

BUMP untuk Stabilitas Harga dan Visi Pertanian Organik

Menanggapi seluruh aspirasi tersebut, Bupati Karanganyar, Rober Kristanto, menyambut baik masukan yang diberikan dan menyatakan akan menjadikannya referensi utama dalam kebijakan pemerintah daerah.

Sebagai solusi konkret mengatasi permainan harga oleh tengkulak, Bupati Rober menggagas pembentukan Badan Usaha Milik Petani (BUMP). Ia mengamati bahwa hasil panen melimpah dari Karanganyar seringkali langsung dibeli oleh pedagang besar dari luar kota, sehingga tidak berdampak pada stabilitas harga lokal.

“Di sawah-sawah kita sudah ditunggui oleh truk-truk dari luar kota. Kalau sudah terbentuk BUMP, saya yakin inflasi di Karanganyar akan terjaga dengan baik dan keuntungan akan kembali sepenuhnya kepada petani,” jelas Rober.

Lebih jauh, Bupati memaparkan mimpi besarnya untuk masa depan pertanian Karanganyar, yaitu transisi total menuju pertanian organik. “Mimpi saya ini, Karanganyar menjadi pusat petani organik. Pupuk kimia harus ditinggalkan, kita kembali ke alam,” tegasnya. Menurutnya, sistem organik tidak hanya menyehatkan lingkungan dan konsumen, tetapi juga merupakan warisan leluhur.

Untuk mewujudkan visi tersebut, ia mendorong pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida organik secara masif. “Kalau semua sudah terkonsep, akan kita cetuskan Karanganyar sebagai Kabupaten Petani Organik,” serunya.

Di akhir audiensi, Bupati Rober Kristanto memberikan instruksi langsung untuk mengaktifkan kembali peran penyuluh pertanian di lapangan. Ia juga mengajak generasi muda melalui Karang Taruna untuk turut serta dalam gerakan menanam, meski hanya di pekarangan rumah menggunakan polybag, sebagai langkah menumbuhkan kembali semangat agraris di kalangan anak muda.

Dalam event Sarasesahan Petani tersebut juga hadir Kapolres Karanganyar AKBP Hadi Kristanto mendampingi Bupati karanganyar beserta jajarannya sekaligus mennyerap keinginan dan ide ide para penggiat pertanian  yang konsen terhadap kemandirian petani. (  bre )