FOKUSJATENG.COM, KARANGANYAR – Di tengah gempuran budaya modern, sebuah tradisi kuno kembali digaungkan. Bertempat di Pendopo Rumah Dinas Bupati Karanganyar, puluhan pelajar SMP se-Kabupaten Karanganyar adu kebolehan dalam Lomba Macapat. Acara ini bukan sekadar ajang unjuk bakat, melainkan upaya menumbuhkan kembali nilai-nilai luhur dan semangat perjuangan melalui seni tembang Jawa yang kaya makna.
Digelar dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, lomba ini merupakan kolaborasi apik antara Dewan Harian Cabang (DHC) Badan Pembudayaan Kejuangan 45 (BPK 45) Kabupaten Karanganyar dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Panitia berharap, macapat bisa menjadi jembatan bagi generasi muda untuk memahami sejarah dan kearifan lokal.
“Macapat itu bukan hanya seni olah vokal, tapi juga sarana menanamkan nilai-nilai luhur, termasuk semangat kepahlawanan, kepada generasi muda,” ujar Hartono, S.H., Ketua Panitia. “Melalui tembang-tembang ini, mereka bisa belajar tentang moral, etika, dan filosofi hidup yang diwariskan oleh leluhur.”
Tak kurang dari 74 peserta dari berbagai SMP ambil bagian, menunjukkan antusiasme yang tinggi. Setelah melalui seleksi ketat, 40 peserta berhasil melaju ke babak grand final. Hal ini membuktikan bahwa seni macapat masih memiliki daya tarik kuat di kalangan anak muda.
Drs. H. Tjuk Susilo, Ketua DHC BPK 45 Karanganyar, turut menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai bentuk ‘perjuangan baru’. Ia menyebut bahwa mengisi kemerdekaan tak hanya dengan pembangunan fisik, tetapi juga dengan melestarikan warisan budaya bangsa. “Kemerdekaan harus diisi dengan perjuangan baru, yaitu mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai luhur bangsa,” tegasnya saat membuka acara.
Hal senada juga disampaikan oleh Bupati Karanganyar, H. Rober Christanto. Ia mengapresiasi tinggi lomba macapat ini dan berharap bisa menjadi agenda rutin. Menurutnya, macapat adalah cermin kearifan lokal dan semangat perjuangan yang harus dilestarikan. “Macapat bukan sekadar tembang, tapi cermin kearifan lokal dan semangat perjuangan. Mari kita terus lestarikan bersama,” pesannya kepada para peserta.
Lewat lomba macapat ini, para pelajar tidak hanya bersaing meraih piala, tetapi juga meresapi tuntunan moral yang terkandung dalam setiap bait tembang. Ini adalah langkah nyata dalam menjaga agar budaya tidak lekang oleh zaman dan nilai-nilai luhur tetap hidup di tengah kemajuan teknologi. ( rls/bre)
