FOKUSJATENG.COM, OPINI – Kepolisian Negara Republik Indonesia ( Polri ) Selama ini dikenal sebagai garda terdepan dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Namun, seiring dengan dinamika zaman dan tantangan yang semakin beragam, peran Polri kini tak lagi sebatas penindak kejahatan dan penegak hukum. Institusi ini dituntut untuk menjadi lebih adaptif, humanis, dan proaktif dalam menjawab berbagai permasalahan sosial, termasuk isu fundamental seperti ketahanan pangan.
Fenomena ini bukan lagi sekadar wacana, melainkan telah terbukti dalam praktik di lapangan. Kisah inspiratif Brigadir Sufiana, seorang Polisi Wanita (Polwan) Bhabinkamtibmas di Kelurahan Gayamdompo, Karanganyar, menjadi cerminan nyata dari kompleksitas peran Polri saat ini. Ia tak hanya sigap menjaga keamanan lingkungan, tetapi juga piawai menggerakkan kemandirian pangan warganya.
Brigadir Sufiana menunjukkan bahwa tugas seorang Bhabinkamtibmas tidak melulu tentang patroli dan penanganan kasus. Pada Minggu (1/6/2025) lalu, ia terlihat berbaur dengan warga Gayamdompo, ikut serta dalam panen terong yang melimpah di pekarangan sederhana milik warga. Aksi ini lebih dari sekadar kegiatan pertanian biasa; ini adalah simbol komitmen Polri, melalui anggotanya, dalam mendukung program ketahanan pangan di tingkat lokal.
Dari Tanah Pekarangan, Harapan Ketahanan Pangan Bersemi
Luas lahan pekarangan Sulastri, salah satu warga Gayamdompo, mungkin hanya 300 meter persegi. Namun, berkat pendampingan Brigadir Sufiana dan sentuhan tangan warga, lahan tersebut mampu menghasilkan 210 kilogram terong segar. Ini adalah bukti konkret dari gerakan pemanfaatan lahan pekarangan sebagai “lumbung” pangan keluarga yang diinisiasi oleh Brigadir Sufiana.
Seperti yang diungkapkan Brigadir Sufiana, “Ketika warga menanam kebutuhan pangannya sendiri, mereka tidak hanya hemat, tapi juga sehat dan mandiri. Ini adalah bentuk pertahanan terdepan yang sangat strategis.” Perspektif ini menunjukkan pergeseran paradigma, di mana kemandirian pangan dianggap sebagai bagian integral dari ketahanan nasional. Polri, dalam konteks ini, tidak hanya menjaga stabilitas dari ancaman kriminalitas, tetapi juga dari ancaman kerawanan pangan.
Kehadiran Brigadir Sufiana yang aktif dan peduli di tengah masyarakat Gayamdompo, bahkan ikut berkotor-kotor di kebun, telah membangun jembatan kepercayaan yang kuat. Ia menegaskan bahwa pihak kepolisian, khususnya Bhabinkamtibmas, memiliki peran multi-dimensi. Selain menjaga keamanan, mereka juga mendukung program pemberdayaan masyarakat, termasuk di bidang pertanian dan pangan bergizi.
Polri: Pelayan, Pelindung, dan Penggerak Kemandirian
Tiga pilar utama peran Polri—menjamin keamanan dan ketertiban, menegakkan keadilan dan hukum, serta melayani masyarakat—tetap menjadi fondasi. Namun, dalam konteks saat ini, pilar pelayanan masyarakat semakin meluas dan mendalam. Pelayanan yang diberikan Polri tidak lagi sebatas administrasi atau penanganan laporan, tetapi juga mencakup inisiatif-inisiatif proaktif yang berdampak langsung pada kesejahteraan dan kemandirian masyarakat, seperti yang dicontohkan Brigadir Sufiana.
Pendekatan humanis dan edukatif juga menjadi kunci. Dalam menjalankan tugasnya, Polri tidak hanya dituntut untuk tegas dalam menegakkan keadilan, tetapi juga harus mengedepankan pendekatan yang mengedepankan martabat manusia. Ini mencakup penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), penerapan restorative justice dalam kasus-kasus tertentu, dan membangun empati terhadap masyarakat.
Peran edukatif Polri dalam mencegah kejahatan melalui pemahaman juga selaras dengan upaya pemberdayaan masyarakat. Ketika anggota Polri terlibat dalam sosialisasi pertanian atau pemanfaatan lahan, mereka secara tidak langsung juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kemandirian dan kolaborasi. Ini adalah bentuk kemitraan dengan masyarakat yang lebih luas, di mana Bhabinkamtibmas menjadi ujung tombak Polri di desa/kelurahan, menjalin komunikasi intens untuk menjaga keamanan dan memajukan kesejahteraan bersama.
Panen terong di Gayamdompo mungkin terlihat sederhana, namun mengandung makna mendalam. Dari tanah pekarangan yang selama ini terabaikan, harapan dapat tumbuh subur. Dari kebersamaan yang terjalin erat antara Polwan dan masyarakat, kemandirian bisa diwujudkan. Kisah Brigadir Sufiana adalah pengingat bahwa dedikasi dan kepedulian bisa datang dari berbagai profesi, bahkan dari seorang Polwan yang tak kenal lelah mengabdi untuk masyarakat.
Kesimpulannya, peran Polri kini telah bertransformasi. Mereka bukan hanya penindak, pelindung, dan pelayan, tetapi juga penggerak kemandirian dan penjaga ketahanan pangan. Ini adalah tugas mulia yang membutuhkan dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat, agar Polri dapat terus berbenah dan meningkatkan kualitas pelayanannya demi masyarakat yang aman, tertib, dan berdaya. ( bre)