Jembatan Jurug Terancam Putus

FOKUS JATENG- BOYOLALI– Akses puluhan kepala keluarga (KK) di lingkungan Dukuh Karang Lor dengan Karang Kidul, Desa Jurug, Kecamatan Mojosongo, terancam putus. Setelah, pondasi penyangga jembatan penghubung kedua wilayah itu longsor.
Penyebabnya, ada pondasi penyangga konstruksi jembatan pada sisi selatan ambrol dan sebagian juga mulai ambles. Akibatnya ujung badan jembatan yang ditopang penyangga tersebut tampak tidak tersambung dengan badan jalan desa.
“Kondisi jembatan menjadi seperti itu akibat meningkatnya debit air sungai yang dilalui, beberapa hari belakangan ini,” ungkap Kades Jurug, Edi Nugroho pada Minggu (27/2/2022).
Ia mengatakan sebagian pondasi yang menyangga badan jembatan tersebut, diketahui ambrol setelah pondasinya tergerus air sungai. Dampaknya, bagian badan jembatan menjadi tidak tersambung dengan jalan desa. “Sehingga membahayakan jika dilalui, meski oleh sepeda motor sekalipun,” jelasnya.
Edi Nugroho menyatakan karena cukup membahayakan. Pihaknya langsung menutup jembatan ini. kini akses penghubung wilayah Dukuh Karang lor dengan wilayah Dukuh Karang Kidul pun nyaris terputus. Tidak hanya itu, meski jembatan ini berada di Desa Jurug, namun warga dari desa-desa lain seperti Manggis, Tambak dan sekitarnya juga melintasi jembatan ini.
“ Istilahnya jembatan ini menjadi jalur alternatif terdekat bagi warga. Jadi makanya warga jembatan ini sangat penting bagi warga,” ujarnya.
Kejadian ini telah dilaporkan ke BPBD Boyolali. Pihaknya melalui camat juga telah mengajukan perbaikan.
“ Dari BPBD Boyolali sudah datang untuk mengecek lokasi,” ujarnya.
Ia berharap agar jembatan ini segera diperbaiki agar tidak mengganggu aktivitas warga.
Yatno warga setempat mengatakan rusaknya  penyangga jembatan ini terjadi pada Sabtu (26/2/2022).
“ Kemarin (Sabtu) saat hujan deras. Pondasi jembatan tiba-tiba longsor,” ujarnya.
Pihaknya menduga, hal itu terjadi karena banyak warga yang membuang sampah di sekeliling pondasi jembatan ini, menjadikan pondasi jembatan rapuh hingga tergerus. Apalagi, umur jembatan ini juga sudah sangat tua.
“ Jembatan ini sudah ada sejak mbah saya. Jadi sudah puluhan tahun,” jelasnya.
Setelah jembatan itu ditutup, lanjut Yatno maka akses penghubung wilayah antar dukuh hanya tersisa jalan setapak. Selain harus memutar dengan jarak tempuh yang lebih jauh.
“Memang masih ada jalan lain, tapi harus memutar agak jauh harus memutar sejauh 2 kilometer untuk menuju wilayah Kota atau mau pergi kesawah.”