Peringati Hari Disabilitas Internasional 2019, Para Difabel di Boyolali Dalami Mitigasi Bencana

Para difabel di Boyolali mengikuti kegiatan pengurangan risiko bencana di BPBD Boyolali, Senin 2 Desember 2019. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Memeriahkan Hari Disabilitas Internasional 2019, para penyandang disabilitas di Boyolali dilatih mengurangi risiko saat terjadi bencana. Harapannya mereka bisa menyelamatkan diri sendiri atau bahkan menyelamatkan orang lain saat terjadi bencana.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali, Bambang Sinungharjo mengatakan salah satu kendala untuk menghadapi dampak bencana adalah kepanikan, mengingat sikap panik saat terjadi bencana alam cenderung hanya memperbesar rasa takut dan membuat seseorang tidak mampu berpikir jernih.

“Kepanikan berlebihan sebaiknya dihindari agar mampu menghadapi dan menanggulangi dampak bencana. Pelatihan ini dilakukan untuk merespons tingginya risiko yang dihadapi penyandang disabilitas menghadapi situasi bencana. Tingkat resiko penyandang disabilitas empat kali lebih besar dibandingkan kelompok rentan lainnya ketika menghadapi bencana,” kata Sinung, Senin (2/11/2019).

Dijelaskan, untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya bisa dibentuk melalui pelatihan dan simulasi mitigasi bencana. Untuk itu BPBD telah menyiapkan sejumlah fasilitator untuk melatih pengurangan risiko bencana. Materi pelatihan diantaranya tentang teknik evakuasi, serta pertolongan pertama.

“Melalui pelatihan ini diharapkan para difabel bisa menghilangkan rasa panik saat menghadapi bencana,” katanya.

Selain memperoleh pelayanan evakuasi yang ramah disabilitas. Dalam mengevakuasi penyandang disabilitas itu tak boleh asal-asalan. Menurut Sinung, salah satunya saat evakuasi menaikkan penyandang disabilitas yang memakai kursi roda ke truk, harus dilakukan enam orang. Dua orang di atas kendaraan. Empat orang berada di bawah bertugas mengangkat penyandang disabilitas ke atas kendaraan.

“Jadi untuk mengevakuasi penyandang disabilitas harus dilakukan secara serius dan memperoleh pelayanan evakuasi yang ramah disabilitas,” katanya.

Melalui seorang penerjemah, salah satu peserta difabel penyandang tuna rungu asal Teras, Yuyun mengaku merasa sangat terbantu dengan pelatihan itu. Karena hingga sejauh ini belum pernah dilakukan pelatihan pengurangan risiko bencana yang digelar bagi penyandang tuna rungu di Boyolali.

“Dengan pelatihan ini saya bisa tahu apa yang harus saya lakukan ketika menghadapi bencana gempa, atau banjir,” katanya.

Sementara Hari Disabilitas Internasional diperingati setiap 3 Desember, di Boyolali selain pelatihan pengurangan resiko rencana bagi penyandang disabilitas, juga dilakukan apel siaga dan pentas seni bagi penyandang disabilitas yang digelar di halaman BPBD Boyolali.