Kearifan Lokal Itu Tradisi Padusan yang Selalu Dijaga Masyarakat dan Pemkab Boyolali, Ini Penampakannya

Wabup Boyolali M. Said Hidayat memimpin jalannya tradisi padusan di Umbul Pengging, Banyudono, Boyolali, Selasa 15 Mei 2018. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Ratusan warga mengikuti tradisi padusan yang dikemas kirab budaya di Kecamatan Banyudono, Boyolali, Selasa 15 Mei 2018. Kearifan lokal berbentuk tradisi padusan ini selalu dijaga masyarakat dan Pemkab Boyolali.

Acara inti di pemandian Tirtomarto, Pengging, Kecamatan Banyudono ini diawali kirab budaya. Tampak ratusan santri Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) dan kelompok seni di wilayah Banyudono turut meramaikan jalannya kirab padusan. Kirab dimulai dari halaman Kantor Kecamatan Banyudono.

Layaknya kanaval santri pada umumnya, kelompok TPQ juga membetangkan spanduk identitas TPQ masing-masing. Para santri juga membawa panji-panji ajakan menunaikan ibadah puasa. Sesampainya di pemandian peninggalan keraton Solo, upacara budaya siraman langsung dimulai. Mas dan mbak Boyolali itu langsung menempati tempat yang telah dipersilahkan untuk mengawali prosesi padusan.

Tak mengunggu lama, anggota Forkopimda itu langsung memulai prosesi tradisi padusan. Penyiraman air pertama kali dilakukan Wakil Bupati Boyolali, M. Said Hidayat. Lalu dilanjutkan sejumlah pejabat yang hadir.

Wabup Boyolali M. Said Hidayat berharap tradisi padusan dimanfaatkan masyarakat untuk membersihkan diri menjelang puasa. Mengingat tradisi itu sudah berjalan lama. Padusan berarti mandi. Artinya, melakukan mandi untuk mensucikan diri menjelang puasa. “Mensucikan diri lahir dan batin sebelum puasa, itu makna sesungguhnya dari padusan,” terangnya.

Pihaknya juga berharap ritual padusan juga sekaligus mendongkrak kegiatan pariwisata di Banyudono maupun Boyolali umumnya. Dampaknya, kegiatan ekonomi masyarakat sekitar ikut berkembang melalui usaha warung makan, kerajinan maupun usaha lain.

Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Boyolali, Wiwis Trisiwi Handayani mengatakan, tradisi padusan sendiri telah lama digelar. Yaitu sejak jaman Wali Songo pada masa pemerintahan Kerajaan Demak.

Dijelaskan, Umbul Tirto Marto, dulunya sering digunakan keluarga Keraton dan abdi dalem Keraton Surakarta untuk siram atau mandi menjelang bulan puasa. Pihaknya terus berupaya melestarikan acara hingga sekarang.

“Tujuanya untuk mensucikan diri dan hati sebelum menjalankan ibadah puasa. Kami ingin acara ritual ini menjadi destinasi wisata,” jelasnya.