Fokus Jateng-JAKARTA-Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengadakan penghargaan Generasi Maju Bebas Stunting atau GMBS Award 2025. Ajang tersebut sebagai upaya pemerintah dalam menurunkan angka stunting yang terus digencarkan melalui kolaborasi lintas kementerian dan lembaga.
Juga menjadi bagian dari strategi nasional untuk memperkuat layanan gizi, memperluas intervensi medis, serta mendorong inovasi berbasis Pangan Olahan Keperluan Medis Khusus (PKMK), produk pangan dengan kandungan gizi terukur yang diformulasikan khusus bagi individu dengan gangguan pertumbuhan, termasuk anak berisiko stunting.
Penggunaan PKMK dilakukan di bawah pengawasan tenaga kesehatan agar intervensi gizi berjalan aman dan efektif.
Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya menegaskan percepatan penurunan stunting bukan hanya program, melainkan investasi jangka panjang bagi masa depan bangsa. Ia menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor serta optimalisasi anggaran di daerah.
“Pemerintah daerah harus mampu menyusun strategi yang tepat dan memastikan implementasinya di lapangan berjalan efektif. Banyak daerah sudah menunjukkan praktik baik seperti pembentukan tim percepatan dan desa siaga stunting yang perlu terus direplikasi,” ujar Bima.
Ia juga mengingatkan agar anggaran daerah digunakan secara efisien dan tepat sasaran. Menurutnya, masih ada anggaran yang belum optimal digunakan padahal bisa dialihkan untuk ketersediaan gizi dan obat-obatan.
“Ini harus dicermati agar target penurunan stunting tidak terganggu,” tegasnya.
Komitmen lintas sektor ini ditegaskan dalam Pentaloka Nasional ADINKES 2025 bertema “Layanan Primer Kuat, Indonesia Sehat” yang diselenggarakan di Solo pada 21–22 Oktober 2025. Forum tersebut membahas berbagai isu kesehatan prioritas, seperti penanggulangan stunting, AIDS-TBC-Malaria (ATM), hipertensi, KTR, tuberculosis, dengue, serta manajemen risiko di Dinas Kesehatan dan fasilitas layanan kesehatan.
Ketua Umum ADINKES, dr. M. Subuh, MPPM, menegaskan Dinas Kesehatan di seluruh Indonesia memiliki peran sentral dalam upaya penurunan stunting.
“Tantangan di lapangan memang kompleks, namun bukan hambatan. Justru ini peluang untuk memperkuat kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat,” ungkap dr. Subuh.
Peluncuran GMBS Award 2025 oleh ADINKES sebagai bentuk apresiasi atas praktik baik di daerah, penghargaan bagi Dinas Kesehatan provinsi, kabupaten, dan kota yang berhasil menurunkan angka stunting secara signifikan selama periode 2024–Juli 2025. Sebanyak 64 daerah menerima penghargaan dalam ajang tersebut, bersamaan dengan AIDS, TBC, dan Malaria Awards.
Program ini menjadi simbol komitmen bersama menuju Generasi Emas Indonesia 2045, generasi yang sehat, cerdas, dan tangguh. Dari sisi kebijakan, Kemenkes RI terus memperkuat dasar hukum dan pedoman tata laksana penanganan stunting. Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting
Direktorat Gizi Kesehatan Ibu dan Anak, Dakhlan Choeron, menjelaskan pedoman tersebut kini mengacu pada Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) serta peraturan terkait seperti Undang-Undang Nomor 17 dan PP Nomor 28.
“Proses harmonisasi regulasi baru juga sedang berlangsung agar kebijakan pencegahan dan percepatan penurunan stunting lebih efektif,” ujarnya.
Ia menambahkan, PKMK akan disalurkan ke sejumlah rumah sakit yang telah mengajukan kebutuhan, namun masih memerlukan dukungan Dinas Kesehatan karena belum semua permintaan dapat dipenuhi tahun ini.
Dari sisi medis, dr. Nur Aisiyah Widjaya, Sp.A(K), Subspesialis Nutrisi dan Penyakit Metabolik, menuturkan intervensi dengan PKMK terbukti memperbaiki status gizi anak secara signifikan.
“Dalam tiga hingga enam bulan pertama terapi, anak mengalami peningkatan berat dan tinggi badan yang lebih baik dibandingkan terapi konvensional. Selain itu, durasi rawat inap lebih singkat dan biaya perawatan lebih efisien,” paparnya.
Hasil penelitian ekonomi juga menunjukkan bahwa PKMK memberikan dampak jangka panjang terhadap penghematan biaya dan penurunan komplikasi pada anak dengan malnutrisi atau penyakit kronik.
Sementara itu, Rita Novianti, Healthcare Nutrition Solution Director Sarihusada, menekankan pentingnya kemitraan lintas sektor dari hulu ke hilir dalam menurunkan prevalensi stunting.
“Melalui Gerakan Generasi Maju Bebas Stunting (GMBS), kami berkomitmen mendukung lahirnya generasi masa depan yang sehat dan berdaya saing. GMBS adalah langkah awal menuju Indonesia bebas stunting,” ujarnya.
GMBS juga mengajak para ibu di seluruh Indonesia untuk aktif melakukan “3 Langkah Maju” dalam mendukung tumbuh kembang anak, yaitu:
1. Mengukur tinggi dan berat badan anak secara rutin.
2. Konsultasi ke dokter untuk memantau pertumbuhan.
3. Memberikan nutrisi teruji klinis sesuai kebutuhan anak.
Melalui langkah sederhana namun berdampak besar ini, GMBS berharap seluruh keluarga dapat berperan aktif menciptakan generasi Indonesia yang sehat, kuat, dan bebas stunting pada 2045. (thia/**)

