FOKUSJATENG.COM-WONOSOBO-Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Wonosobo, Jawa Tengah, melaksanakan pelatihan bagi Kelompok Tani Lestari Desa Patakbanteng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Program Mahasiswa Berdampak (PM-BEM) Tahun 2025 ini mendapat dukungandari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Ditjen Riset dan Pengembangan, Kemdiktisaintek RI.
Pelatihan yang dipandu langsung oleh Insan Mahmud, S.E., M.Si. selaku pemateri ahli mengangkat tema “Manajemen Organisasi Berbasis Efektivitas Waktu Tunggu Panen”. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas petani dalam mengelola organisasi kelompok secara lebih efektif. “Pelatihan ini sekaligus menyiapkan strategi pertanian berkelanjutan di wilayah dataran tinggi,” terangnya, Rabu 1 Oktober 2025.

BEM UNSIQ Wonosobo menghadirkan Insan Mahmud, S.E., M.Si. sebagai pemateri ahli.
Pelatihan ini digelar dilandasi Kelompok Tani Lestari menghadapi kendala dalam manajemen internal. Tupoksi tiap anggota belum jelas, serta perencanaan panen sering tidak sinkron. Hal ini membuat waktu tunggu panen menjadi tidak efisien. “Kendala manajemen internal ini juga memengaruhi distribusi hasil pertanian sering terlambat dan potensi keuntungan tidak optimal,” tegas dia.
Dalam materinya, Insan Mahmud menyampaikan beberapa hal penting, seperti konsep manajemen organisasi project yang dapat diterapkan dalam kelompok tani. Kemudian struktur organisasi dan pembagian tugas (tupoksi) agar koordinasi lebih terarah. Selain itu strategi efektivitas waktu tunggu panen, sehingga petani dapat merencanakan jadwal tanam dan panen dengan lebih terukur dan manfaat jangka panjang manajemen organisasi, seperti peningkatan produktivitas, efisiensi waktu, dan penguatan posisi desa sebagai kawasan agrowisata.
“Kelompok tani yang terorganisasi dengan baik akan lebih siap menghadapi tantangan, baik dalam hal cuaca, distribusi, maupun pasar. Efektivitas waktu tunggu panen adalah kunci agar petani tidak kehilangan momentum,” jelas Insan Mahmud.
Berdasarkan hasil evaluasi, rata-rata pemahaman anggota kelompok tani meningkat 42% setelah mengikuti pelatihan. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi keterlambatan distribusi hasil pertanian dan meningkatkan daya saing produk hortikultura Patakbanteng.
Salah satu peserta, Rofek, menyampaikan bahwa biasanya para petani saat panen tanpa perencanaan yang jelas. Setelah pelatihan ini, para peserta jadi tahu pentingnya koordinasi dan pencatatan. “Semoga hasil panen ke depan bisa lebih maksimal,” tuturnya.
Ketua BEM UNSIQ Faza Saifulloh menegaskan bahwa pendampingan tidak berhenti pada pelatihan. Tim PM-BEM akan melakukan monitoring berkala serta menyiapkan luaran berupa video dokumentasi, poster kegiatan, dan artikel populer di media nasional.
“Kami ingin Kelompok Tani Lestari tidak hanya kuat secara produksi, tetapi juga secara organisasi. Dengan begitu, mereka bisa menjadi model pemberdayaan masyarakat desa yang berkelanjutan,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, Kelompok Tani Lestari diharapkan mampu menerapkan manajemen organisasi modern yang lebih efektif, sehingga waktu tunggu panen dapat ditekan, hasil pertanian meningkat, dan kesejahteraan petani semakin terjamin. (*)