Fokus Jateng-BOYOLALI,- Puluhan nasabah koperasi Bahana Lintas Nusantara (BLN) di Boyolali mengadu sekaligus membuat surat terbuka untuk Presiden Prabowo Subianto. Mengingat, kondisi para korban yang semakin menderita dan banyak jatuh miskin setelah asetnya disita bank.
Mereka terdiri pensiunan ASN hingga Polri, mengaku menanamkan modal di koperasi BLN dengan uang hasil pinjaman bank. Namun hingga kini, dana yang mereka setorkan tak kunjung bisa dicairkan dengan berbagai alasan dari pihak koperasi.
“Ini hendak menanyakan ke penyidik soal kemajuan laporan kasus BLN. Karena sampai sekarang penderitaan para pensiunan yang menjadi korban semakin ngenes, makin menderita. Kami di sini berkumpul, berpikir mau mengadu kemana lagi,” kata Juru bicara nasabah korban BLN, Aris Carmadi, Kamis 11 September 2025.
Dijelaskan, sebelumnya mereka juga mengadu sekaligus meminta bantuan Gubernur Jateng, Ahmad Luthfi, agar dapat melobi pihak perbankan supaya memberi kelonggaran pembayaran tagihan pinjaman. Namun, Aris menilai tidak ada tindak lanjut yang nyata.
Kemudian, nasabah juga datang ke Diskrimsus Polda Jawa Tengah untuk menanyakan kasus. Hal tersebut karena laporan tidak hanya di satu Polres tapi gabungan beberapa daerah. Ia ingin menanyakan akankan hal tersebut ditangani Polda atau masing-masing Polres.
” Tidak hanya itu, kami juga melayangkan surat kepada bapak Presiden Prabowo Subianto lewat media sosial. Bahwa kami sudah memberikan keterangan perihal apa itu BLN dan program-programnya. Semoga pengaduan kami ke Pak Presiden membuat kasusnya cepat ditangani,” paparnya.
Menurut Aris, kondisi para korban sangat memprihatinkan. Para nasabah bahkan pensiunan yang memiliki uang pensiun kesulitan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mereka juga mengalami tekanan psikis, tercatat ada 12 orang korban yang meninggal dunia akibat stres menghadapi tagihan bank. Kemudian ada sekitar 5 rumah yang telah diberikan plang lelang oleh kreditur, 10 rumah sudah mendapatkan surat peringatan (SP) III, 30 mobil serta 100-an sepeda motor dikembalikan ke leasing karena gagal bayar.
“Saya yakin aset BLN yang tidak diatasnamakan BLN atau Pak Nico [pemilik BLN] masih banyak. Jadi kami meminta PPATK untuk segera menginventarisasi. Lalu, kami mohon TPPU juga ikut campur agar asetnya jelas apa saja. Agar asetnya bisa dikembalikan ke korban, entah berapapun akan kami terima,” imbuhnya.
Salah satu nasabah BLN dari Ampel Boyolali, Dwi Priyatmoko mengatakan sebagai pensiun ASN awalnya tidak begitu tertarik. Namun, karena terus diiming-imingi hasil yang besar akhirnya tertarik. Ia pun kemudian pinjam ke salah satu bank pelat merah ratusan juta rupiah dengan mengagunkan SK pensiun.
“Lha kok Maret kemarin tiba-tiba berhenti, padahal kami punya tanggungan ke bank yang besar,” katanya.
Dwi mengatakan uang pensiunannya harus digunakan untuk membayar utang bank. Bahkan, itupun tidak cukup. Dampaknya kini listrik dirumahnya sudah diputus oleh PLN.
“Kami berharap aset likuid milik BLN bisa dicairkan terlebih dahulu, jadi bisa untuk membantu meringankan cicilan bank,” ucapnya. (Yull/**)
