Fokus Jateng -Klaten, – Di era digital yang kian maju, media sosial menjadi ruang paling dekat dengan kehidupan remaja. Siswa SMP, yang sebagian besar sudah terbiasa dengan TikTok, Instagram, YouTube, hingga WhatsApp, kini dihadapkan pada tantangan besar: membedakan mana konten yang bermanfaat dan mana yang berbahaya bagi perkembangan mereka.
Menyadari pentingnya hal ini, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Slamet Riyadi (UNISRI) Surakarta, Reni Wahyu Wulandari, melaksanakan program edukasi bertajuk *“Edukasi Memilih Konten Positif dan Negatif Menggunakan Media Sosial”* pada Senin 28 Juli 2025 di SMPN 1 Karangnongko, Klaten. Kegiatan yang diikuti oleh 31 siswa kelas 8B ini berlangsung interaktif dan mendapat respons positif dari peserta maupun guru pendamping.
Reni menjelaskan, media sosial bisa menjadi sarana belajar dan mengembangkan diri jika dimanfaatkan dengan tepat.
“Media sosial ibarat pisau bermata dua. Bisa membawa manfaat jika dipakai untuk mencari pengetahuan, inspirasi, dan hiburan sehat. Tapi, jika tidak digunakan secara bijak, justru berbahaya karena bisa menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, hingga konten tidak pantas bagi usia remaja,” ujarnya.
Dalam sesi edukasi, siswa diajak menganalisis berbagai contoh konten nyata yang sering muncul di media sosial. Mereka kemudian diminta menentukan apakah konten tersebut termasuk positif atau negatif, serta mendiskusikan dampaknya. Metode ini membuat siswa lebih mudah memahami materi karena berkaitan langsung dengan pengalaman sehari-hari mereka.
Guru pendamping kelas 8B menyebut kegiatan ini relevan dengan kebutuhan sekolah dalam menanamkan literasi digital.
“Kegiatan seperti ini sangat membantu anak-anak agar lebih selektif dan kritis. Mereka jadi tahu bahwa kebebasan di media sosial harus diimbangi dengan etika dan tanggung jawab,” katanya.
Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap literasi digital. Banyak siswa mengaku lebih berhati-hati dalam menerima maupun menyebarkan informasi, serta bertekad mengurangi kebiasaan mengikuti konten yang tidak bermanfaat. Bahkan beberapa siswa menyampaikan ingin menularkan pemahaman ini kepada teman-teman mereka yang lain.
Selain memberi manfaat bagi siswa, kegiatan ini juga menjadi wadah pembelajaran bagi mahasiswa KKN. Reni mengungkapkan bahwa pengalaman ini melatih dirinya dalam berkomunikasi, memahami masalah sosial, sekaligus memberikan solusi nyata kepada masyarakat.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan siswa SMPN 1 Karangnongko tidak hanya menjadi pengguna aktif media sosial, tetapi juga mampu menjadi generasi muda yang cerdas digital, kritis, dan bertanggung jawab. Literasi digital bukan lagi sekadar teori, melainkan keterampilan penting yang harus dimiliki demi menghadapi tantangan era teknologi informasi. (**)
Oleh : Reni Wahyu Wulandari
Prodi : Ilmu Komunikasi UNISRI Surakarta