Fokus Jateng-BOYOLALI,-Festival seni dan budaya tradisi Tungguk Tembakau tradisi masyarakat Dusun Senden, Kecamatan Selo, Boyolali resmi ditetapkan sebagai WBTB oleh Kemendikbud Ristek pada tahun 2024. Kini kembali digelar. Rabu 13 Agustus 2025.
Sejak pagi, ribuan warga di Lereng Gunung Merbabu ikut mewarnai tradisi mengawali masa panen tembakau atau tungguk tembakau.
Ritual masa panen tembakau di lereng Merbabu tersebut terlihat sangat meriah berbagai ornamen tradisional seperti umbul-umbul menambah semarak suasana jalur pedesaan yang kanan kirinya ditumbuhi oleh tanaman tembakau.
Diawali dengan berdoa bersama di makam Syeh Kerto Muhamad yang menjadi titik awal lokasi. Kemudian, dua gunungan yakni khusus daun tembakau dan hasil bumi seperti sayur sayuran ikut menghiasi festival yang digelar setiap tahun masa panen tembakau itu.
Setelah dikirab dengan diikuti para penari, dua gunungan nasi serta berbagai macam lauk makanan kemudian diperebutkan warga yang sudah menunggu sejak awal.
“Ada 12 tumpeng yang dibawa masing masing dukuh, setelah didoakan lalu dibagikan, semoga membawa keberkaha,” kata Kepala Desa Senden, Sularsih.
Ia menjelaskan tungguk Tembakau sendiri merupakan prosesi upacara untuk memulai panen tembakau yang dilakukan setiap akan memanen tembakau. Berbagai sesaji disiapkan untuk diarak menuju ladang tembakau. Ubarampe sesaji ini biasanya dilepas dengan tarian Bedhayan dan berbagai tarian rakyat.
“Dari awal upacara, pesan dan nilai dari upacara ini sudah dimunculkan dalam simbol-simbol dari setiap rangkaiannya. Ritual yang mereka laksanakan bisa diartikan sebagai do’a agar jerih payah petani selama enam bulan mulai dari mengolah lahan hingga panen tembakau bisa terbayarkan dengan panen yang melimpah,” paparnya.
Menurut Sulastri, tidak sembarang untuk memetik tembakau. Dalam tradisi Tungguk tembakau hanya dilakukan petik daun sebanyak 13 helai.
“Karena kami percaya, hari ini dan kedepan agar barokah, serta rasa syukur masyarakat untuk hasil panen yang baik. Jadi, Tungguk Tembakau ini telah menjadi kebangaan dan aset budaya Desa Senden yang kami akan terus lestarikan,” ucap Sularsih.
Sementara itu, Suranti (55) salah satu warga yang ikut memperebutkan gunungan mengaku senang bisa ikut berpastisipasi dalam acara Tungguk tembakau.
Dengan masih menggenggam nasi ditangan, parti berharap mendapat keberkahan dari gunungan yang di dapat.
“Ini kan tradisi supaya mendapat kelancaran dalam panen tembakau, juga untuk keberkahan, semoga lancar semuanya,” ujarnya. (yull/**)
Sakral, Tradisi Tungguk tembakau, masyarakat lereng Merbabu Boyolali
