FOKUSJATENG.COM, KARANGANYAR – Di tengah hiruk pikuk modernitas, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, teguh memegang erat salah satu warisan paling berharga mereka: Keris Kyai Pamot. Lebih dari sekadar senjata kuno, pusaka ini adalah simbol hidup dari sejarah, budaya, dan spiritualitas yang mengakar kuat di Bumi Intan Pari.
Warisan Mangkunegaran untuk Kesejahteraan Karanganyar
Kisah Keris Kyai Pamot bermula dari sebuah titipan agung. Diketahui sebagai pusaka pemberian dari Kanjeng Gusti Adipati Aryo (KGPAA) Mangkunegara VIII, keris ini diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Karanganyar. Bukan tanpa tujuan, penyerahan ini adalah amanat mulia agar Kyai Pamot dapat menjaga wilayah, membawa rasa aman, dan melimpahkan kemakmuran bagi seluruh rakyat Karanganyar. Oleh karena itu, tak heran jika pusaka ini selalu dirawat secara turun-temurun oleh setiap Bupati Karanganyar yang menjabat, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari kepemimpinan daerah.
Simbol Berdirinya Sebuah Kabupaten
Ada sebuah versi yang begitu melekat di benak masyarakat Karanganyar: Keris Kyai Pamot adalah simbol penanda berdirinya Kabupaten Karanganyar. Kehadiran keris ini diyakini membawa makna filosofis yang mendalam sebagai pelindung dan pemberi berkah bagi daerah tersebut. Ikatan erat antara Kyai Pamot dengan sejarah dan identitas Karanganyar sungguh tak terbantahkan, seolah keris ini menjadi saksi bisu setiap langkah perjalanan kabupaten.
Ritual Jamasan Tahunan yang Sarat Makna
Setiap tahun, di bulan Sura (Muharram) dalam kalender Jawa, Keris Kyai Pamot menjalani ritual jamasan (pembersihan). Prosesi sakral ini bukan sekadar membersihkan fisik keris, melainkan sebuah bentuk penghormatan dan spiritualisasi nilai-nilai kearifan lokal yang telah hidup berabad-abad. Abdi dalem Pura Mangkunegaran dengan khidmat melakukan jamasan di rumah dinas Bupati Karanganyar. Bahan-bahan yang digunakan pun tak sembarangan: jeruk pecel, kembang setaman, ratus, air, dan minyak pusaka, semuanya memiliki makna simbolis tersendiri dalam ritual ini. Jamasan adalah pengingat bahwa warisan budaya ini adalah jiwa yang terus hidup dan perlu dijaga.
Ciri Fisik dan Keistimewaan yang Terungkap
Meskipun detail ciri fisiknya tak selalu terungkap luas, Keris Kyai Pamot memiliki keistimewaan yang baru-baru ini ditegaskan. Salah seorang Bupati Karanganyar menyebutkan bahwa jumlah luk (lekukan) pada Keris Kyai Pamot adalah sebelas, bukan sembilan seperti yang banyak ditulis di berbagai literatur. Angka sebelas ini menegaskan bahwa Kyai Pamot bukanlah pusaka biasa, melainkan memiliki karakteristik unik yang membedakannya. Keris ini sendiri disimpan dalam kotak kayu berukir di dalam almari khusus di Rumah Dinas Bupati Karanganyar, menjamin keamanan dan kelestariannya.
Peran Simbolis: Penjaga, Pelestari, dan Pengingat Budaya
Peran Keris Kyai Pamot jauh melampaui fungsi fisik. Ia adalah penjaga wilayah, pemberi kemakmuran, dan salah satu aset budaya yang dijaga dan dilestarikan dengan segenap jiwa. Tradisi jamasan yang lestari menunjukkan bagaimana masyarakat Karanganyar, bersama Pura Mangkunegaran, berupaya menjaga warisan leluhur dan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Keberadaan Kyai Pamot adalah pengingat bahwa budaya bukanlah benda mati yang hanya dipajang, melainkan sebuah entitas hidup yang terus diwariskan dari generasi ke generasi, menjadikannya penanda peradaban yang tak lekang oleh zaman.
Secara keseluruhan, Keris Kyai Pamot adalah sebuah kisah tentang asal-usul, peran simbolis, dan tradisi luhur yang melekat erat dengan Kabupaten Karanganyar. Pusaka ini adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, menjadikannya harta tak ternilai bagi identitas dan masa depan Karanganyar. ( bre)