Memilukan, Fasilitas Atlet Angkat Besi Boyolali Jauh dari Kata Layak

Atlet angkat besi Boyolali berlatih di halaman rumah warga (doc/Fokusjateng.com)

Fokus Jateng- BOYOLALI-Prestasi atlet angkat besi menyimpan realitas yang memilukan. Fasilitas latihan yang jauh dari kata layak menjadi keluhan utama para atlet yang selama ini mengharumkan nama daerah hingga ke kancah nasional.
Gandung Santosa, salah satu atlet dan pelatih atlet cabang olahraga (cabor) angkat besi Boyolali mengungkapkan kekecewaannya terhadap kondisi sarana dan prasarana yang tersedia.
“Boyolali tertinggal jauh dalam hal fasilitas. Meski begitu, atlet angkat besi Boyolali masih bisa menunjukkan prestasinya yang luar biasa,” katanya. Senin 19 Mei 2025.
Dijelaskan, kesulitan yang dialami atlet bukan hanya tidak adanya gedung latihan, tetapi juga peralatan yang tidak memadai. Matras yang digunakan untuk latihan juga seadanya, dari busa yang dilapisi MMT bekas.
“Ketersediaan suplemen bagi para atlet juga bergantung pada dukungan dari pihak tertentu, yang tidak selalu bisa diandalkan,”imbuhnya.
Diakuinya, harapan sempat muncul ketika pihak terkait saat mendekati kejuaraan, janji-janji yang diberikan nyatanya hanya sebatas wacana tanpa realisasi.
“Dari tahun ke tahun selalu ada janji yang diberikan, tapi sampai sekarang belum ada perubahan, dan hilang tanpa kabar,” ungkapnya.
Padahal, Boyolali telah mencatatkan prestasi gemilang di ajang Porprov dan PON. Pada Popda 2022, Boyolali keluar sebagai juara pertama di cabang angkat besi. Sementara di Porprov 2023 juga meraih emas. Bahkan di Kejurnas Jogyakarta 2023, tim Boyolali berani bersaing dengan atlet nasional hingga meraih juara pertama.
Dengan target besar untuk mengirimkan lebih banyak atlet ke ajang nasional kedepannya. Gandung dan tim hanya berharap ada perhatian dari pemerintah.
“Minimal lihat kondisi kami, gedung latihan kami tidak punya, kami berlatih di halaman rumah dengan alat jauh dari ideal, Tapi semangat anak-anak tetap tinggi. Memang memilukan,” katanya.
Senada, Wakil Ketua Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABSI) Boyolali, Tulus Slamet Santosa menambahkan, selama ini baru dua kali mendapatkan kucuran anggaran.Yakni saat menghadapi kejuraan provinsi. Kendati demikian, pihaknya pun banyak tomboknya agar para atlet binaannya bisa tetap bertanding.
” Jujur kita memang kebanyakan nombok. Baik saat kejuaraan ataupun untuk membentuk atlet,” ujarnya.
Jika tak ada kejuaraan, pihaknya harus merogoh kocek Rp 2 juta untuk memenuhinya kebutuhan suplemen bagi 10 atlet yang dia bina. Kondisi inipun sudah ia sampaikan ke Komite Olahraga Nasional Indonesia (Koni) Boyolali. Hanya saja, KONI belum bisa memberikan solusi pembinaan atlet angkat besi.
Padahal, pihaknya sangat siap memenuhi target yang diberikan oleh KONI jika ada fasilitas yang memadahi. Apalagi, event kejuaraan angkat besi ini sangat banyak. Mulai dari tingkat provinsi, hingga internasional.
” Padahal cari atlet angkat besi itu tidak segampang cari atlet olah raga lain. Kita pembinaannya harus sejak kecil.” (yull/**)