Tatag Prabawanto, Pendukung Garis Keras Bupati Sragen Sigit Kritik Keras Penataan Pejabat Lamban

Tatag Prabawanto mantan Sekda Kabupaten Sragen. (/Fokusjateng.com)

FOKUSJATENG.COM-SRAGEN-Pendukung garis keras pasangan Bupati Sragen Sigit Pamungkas-Wakil Bupati Suroto, Tatag Prabawanto melemparkan kritik pedas terkait penataan pejabat di lingkungan Pemkab Sragen. Tatag Prabawanto yang juga mantan sekda Sragen, ini mencium adanya sesuatu yang tidak beres di era pemerintahan Bupati Sigit.

Dia melemparkan kritik keras bukan persoalan kepentingan proyek atau posisi. Kritik pedas yang dilontarkan agar tata kelola pemerintahan dan penataan birokrasi di Kabupaten Sragen sesuai dengan norma dan sehat. “Sekarang ini banyak pelaksana tugas yang tidak segera didefinitifkan,” katanya kepada wartawan Jumat 19 Desember 2025.

Penunjukan pelaksana tugas ini terjadi di unit-unit pemerintahan, seperti lurah dan camat. Menurutnya, praktik ini menunjukkan tata kelola pemerintahan yang “jauh dari norma yang wajar” dan “enggak sehat.”

“Saya itu berharap, wong itu kepala unit meskipun kecil, dalam tempo sebulan segera dilantiklah jadi pegawai definitif. Enggak jadi blunder pembicaraan di masyarakat, ya toh. Masak ajudan wakil bupati kan kurang tepat kalau enggak langsung didifinitifkan,” beber Tatag.

Ia juga menyoroti status kepegawaian staf yang menurut dia, seharusnya segera diangkat menjadi pejabat definitif, bukan dibiarkan dalam status PLt. Tatag membandingkan dengan daerah lain yang menurutnya mampu melakukan penataan lebih cepat.

“Harusnya kan wis, tempo sebulan itu enggak sulit kok. Wong Karanganyar aja bisa dan tidak ada masalah kok,” tandasnya.

Menyikapi tudingan kecewa atau mencari imbalan proyek, Tatag dengan keras membantah. Dia bahkan menggambarkan perannya dalam politik sebagai “penjudi.” “Saya bermain Pilkada itu sudah mulai 2008. Dan saya katakan 99 persen apa yang saya dukung itu banyak yang berhasil. Tanya kepada mereka-mereka, apakah pernah saya minta-minta proyek? Enggak,” ujar dia.

Ia membedakan ‘penjudi’ dengan ‘pencopet’ atau ‘pemalak’. “Seorang penjudi itu keluar dari rumah itu adalah untuk buang uang. Tapi kalau pulang bawa kemenangan itu adalah faktor keberuntungan,” jelasnya.

Tatag justru menegaskan lebih suka jika tidak dilibatkan dalam urusan pemerintahan, terutama terkait penataan pegawai. “Saya enggak ingin, tambah musuh lagi,” katanya.

Pertanyaan muncul mengapa kritik disampaikan ke publik, bukan langsung ke pemangku jabatan. Tatag mengungkapkan bahwa upaya komunikasi personal telah dilakukannya, namun terhambat.

“Ya, coba tanya kepada pemangku kebijakan. Saya pernah WA, dijawabnya, pirang-pirang dino (beberapa hari kemudian). Terus yang terakhir kira-kira dua bulan yang lalu, pemangku kebijakan ngebel (menelepon) saya, tak bel genti ora diangkat (saya telepon balik tidak diangkat), tak WA ora dijawab,” ungkapnya, mengisyaratkan adanya tembok komunikasi.

Ketua PSU Sragen ini juga memberikan apresiasi kepada Bupati incumbent, Mbak Yuni. “Saya katakan Mbak Yuni baik kok. Selama memerintah juga Mbak Yuni baik. Terkait dengan kelebihan maupun kekurangannya itu juga sah-sah saja, jadi enggak ada sesuatu yang sempurna,” ujarnya. (*)