Fokus Jateng-BOYOLALI- Museum R Hamong Wardoyo menjadi salah satu obyek wisata sejarah yang ada di Kabupaten Boyolali. Berwisata ke Museum R Hamong Wardoyo bisa menjadi alternatif jika bosan dengan obyek-obyek wisata lain yang ada di Boyolali.
Museum yang berdiri sejak 2015 dan berada di jalan raya Boyolali – Solo, tepatnya di Kelurahan/Kecamatan Mojosongo itu, selain memiliki arsitektur unik layaknya museum louvre di Kota Paris. Sejauh ini masih eksis dikunjungi wisatawan. Salah satunya bagi kalangan pelajar.
Seperti yang dilakukan Ondita bersama teman-temannya. Siswi SMP Negeri 1 Boyolali ini mengatakan, kedatangannya ke Museum R Hamong Wardoyo untuk berwisata sejarah sekaligus membuat tugas mata pelajaran sejarah di sekolahnya.
“Mau bikin makalah sejarah Museum Hamong Wardoyo, siswa lain ada ke tempat bersejarah lain, kalau kita pilihnya ke sini, selain itu disini ada petugas edukator yang bisa menjelaskan apa saja,” katanya.
Ondita menyebut, beragam peninggalan sejarah dan barang-barang sejarah dilihatnya. Menurutnya, koleksi di museum ini sangat menambah wawasan sejarah bagi dia dan teman-temannya.
“Ya sangat berguna sekali buat menambah wawasan, tadi saya liha batu-batuan, fosil dan di lantai atas lihat barang-barang sejarah di lereng Merapi- Merbabu,” ujarnya.
Sementara, edukator museum R Hamong Wardoyo Boyolali, Farid Burhanudin mengungkapkan, museum tersebut memiliki total 313 koleksi.
Dengan 90 persen diantaranya merupakan barang koleksi yang dikumpulkan dari 22 Kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali.
“Dari zaman prasejarah, kita memiliki tulang pangkal paha dari gajah purba yang ditemukan di Andong, berdekatan sengan Sangiran, di era sejarah, kita memiliki koleksi dari zaman mataram hindu, kolonial, kemerdekaan, dan pasca kemerdekaan,” jelas Farid.
Hanya saja, ratusan koleksi di museum R Hamong Wardoyo, dirasa masih kurang menarik minat pelajar, maupun masyarakat di Boyolali untuk mengunjungi musem tersebut. Untuk mendongkrak jumlah kunjungan, pihaknya tidak jarang melakukan beberapa kegiatan program publik yang berhubungan dengan masyarakat.
Beberapa kegiatan yang dilakukan berupa sarasehan museum, sarasehan budaya, fertival dolanan bocah, festival pameran pusaka, festival merapi pacul goweng, serta bedah buku.
“Ya, itu untuk menarik wisatawan agar bisa bergabung, bisa berkunjung ke museum, memang hari ini ada beberapa survei bahwa kunjungan terendah tempat wisata itu museum hamong wardoyo, dan itu amat masuk akal,” paparnya.
Museum juga menyediakan satu set gamelan yang bisa digunakan masyarakat secara gratis, dengan cacatan, tidak dibawa keluar, dan bersifat nilai profit. Selain itu, Farid menuturkan, bahwa pihak museum akan melibatkan, dan mengajak kerja sama beberapa lapisan masyarakat, seperti siswa sekolah, masyarakat umum, guru seni budaya, serta guru sejarah dalam kegiatan di museum R Hamong Wardoyo. ( yull/**)
