FBM Serukan Netralitas: Keraton Surakarta Diminta Tak Terjebak Ambisi Kekuasaan

Ketua FBM, BRM Kusumo Putro, S.H., M.H. (Nana/Fokusjateng.com)

Fokus Jateng -SOLO – Panasnya perebutan tahta di Keraton Kasunanan Surakarta terus menjadi sorotan publik. Dua kubu yang sama-sama mengklaim sebagai pewaris sah takhta PB XIII, yakni kubu KGPAA Hamangkunegoro Sudibyo Rajaputra Narendra Mataram dan kubu KGPH Hangabehi, kini sama-sama menggelar penobatan sebagai Pakoe Boewono (PB) XIV.

Situasi ini memantik reaksi beragam dari kalangan pemerhati budaya, termasuk dari Ketua Umum Forum Budaya Mataram (FBM), BRM. Dr. Kusumo Putro, S.H., M.H. yang menegaskan pentingnya menjaga marwah dan netralitas budaya di tengah konflik internal Keraton.

“Keraton Kasunanan memiliki sejarah panjang sebagai pewaris kejayaan Mataram Islam. Suksesi ini seharusnya dijadikan pelajaran, bukan ajang perebutan kekuasaan,” tegas Kusumo, Kamis 13 November 2025.

Menurutnya, sejarah panjang Keraton Mataram di Tanah Jawa selalu diwarnai perebutan tahta, mulai dari masa Ki Ageng Pemanahan, Panembahan Senopati, hingga Sultan Agung. Namun, setiap generasi sejatinya mewariskan nilai luhur: menjaga kewibawaan, komunikasi, dan kesejahteraan rakyat.

“Para penerus Keraton, baik di Surakarta maupun Yogyakarta, perlu lebih bijak. Kita harus kembali pada ajaran leluhur yang menekankan etika, moral, dan budi pekerti,” ujarnya menegaskan.

Kusumo menilai, paugeran atau aturan adat di Keraton Surakarta bukan sekadar simbol formalitas, melainkan sumber nilai kearifan yang menjunjung kemaslahatan bersama. Karena itu, perebutan kekuasaan tanpa mempertimbangkan kepentingan budaya hanya akan merusak citra Keraton sebagai pusat peradaban Jawa.

“Cita-cita kejayaan Keraton Kasunanan bukan soal siapa yang berkuasa, tapi bagaimana menjaga marwah budaya Jawa dan warisan luhur Mataram Islam,” imbuhnya.

Lebih jauh, Kusumo berharap Keraton Surakarta kembali menjadi pusat spiritual dan kebudayaan yang menebar manfaat bagi masyarakat.

“Menjaga budaya dan tradisi jauh lebih penting daripada sekadar berebut tahta. Sudah saatnya Keraton menjadi cahaya budaya bagi kemaslahatan umat,” pungkasnya.

Penobatan dua tokoh pewaris tahta ini kini menjadi babak baru dalam sejarah panjang Keraton Surakarta. Di tengah rivalitas yang memanas, suara netral dari kalangan budayawan seperti Kusumo menjadi pengingat bahwa kejayaan sejati tidak terletak pada mahkota, melainkan pada keluhuran budi dan pelestarian warisan leluhur. (nana/**)