Sinergi Program Doktor Pendidikan IPA UNS dan Poltek Nuklir BRIN gagas Teknologi Produksi Radionuklida Berbasis Siklotron

Fokus Jateng-SOLO- Program Doktor Pendidikan IPA FKIP Universitas Sebelas Maret terus memperkuat upaya menghasilkan lulusan yang mampu mengembangkan pendidikan dan pembelajaran IPA yang berorientasi pada perkembangan IPTEK, nilai-nilai pendidikan dan budaya nasional. Berkaitan dengan hal tersebut telah dilaksanakan kegiatan kunjungan lapangan dan workshop Teknologi Produksi Radionuklida Medis Berbasis Siklotron di Poltek Nuklir BRIN Yogyakarta.  Kegiatan yang dilaksanakan pada akhir pekan lalu tersebut diikuti oleh calon doktor Pendidikan IPA dari FKIP UNS khususnya yang mengambil mata kuliah pilihan teknologi nano.

Dalam sambutannya, Kaprodi S3 Pendidikan IPA Prof. Sulistyo Saputro, Ph.D menyampaikan apresiasinya atas sambutan yang diberikan Poltek Nuklir BRIN. “Kami sangat berterima kasih telah diterima dengan baik di Poltek Nuklir. Di program S3 Pendidikan IPA UNS, salah satu mata kuliah yang kami miliki adalah Nanoteknologi. Meskipun fokus riset kami lebih banyak diarahkan untuk memperoleh pemahaman mengenai pemanfaatan teknologi nuklir dalam berbagai keperluan riset di bidang ilmu pengetahuan alam, kami berharap ilmu dan pemahaman tersebut dapat memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat,” ujarnya.

Kegiatan workshop dipandu MC Ibu Ani Supadmi, melibatkan tiga narasumber lintas bidang yang memaparkan inovasi dan kontribusi penelitian nuklir untuk kesehatan masyarakat. Ketiga narasumber, yakni Prof. Dr. Imam Kambali, Dr. Maria Christina Prihatiningsih, S.ST., M.Eng., ; keduanya dari Poltek Nuklir BRIN dan Dr. Meti Indrowati, M.Si dari Prodi S3 Pendidikan IPA FKIP UNS. Dalam paparannya, Prof. Dr. Imam Kambali, peneliti sekaligus dosen Poltek Nuklir, menjelaskan bahwa teknologi produksi radionuklida medis berbasis siklotron merupakan langkah strategis untuk memperkuat kemandirian Indonesia di bidang kedokteran nuklir.

Menurutnya, teknologi ini mampu menghasilkan berbagai jenis radioisotop medis untuk diagnosis dan terapi kanker dengan efisien serta biaya yang lebih rendah dibandingkan metode konvensional.“Teknologi siklotron memungkinkan kita menghasilkan berbagai jenis radioisotop medis dengan efisien dan biaya lebih rendah. Ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk mandiri dalam teknologi kedokteran nuklir dan memperpanjang usia harapan hidup masyarakat,” ungkap Imam.  Imam menambahkan bahwa penguasaan teknologi ini sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045, di mana inovasi sains dan teknologi menjadi pilar dalam meningkatkan kualitas hidup dan ketahanan nasional di bidang kesehatan.

Narasumber berikutnya Dr. Meti Indrowati, dosen Prodi S3 Pendidikan IPA FKIP UNS, menyampaikan paparan terkait  biokompatibilitas partikel nano dan radioisotop dalam riset diabetes.  Biokompatibilitas menjadi salah satu kajian dasar dalam pemanfaatan partikel nano untuk penghantaran obat dan diagnosis sel beta pankreas diantaranya menggunakan pendekatan molecular docking. “Kami berupaya mengkaji pemanfaatkan partikel nano dan radioisotop secara biokompatibel agar dapat digunakan untuk diagnosis dan penghantaran obat yang lebih tepat sasaran tanpa menimbulkan efek toksik,” jelas Meti.Hasil kajian diharapkan dapat membuka peluang pengembangan terapi antidiabetes yang lebih aman, presisi, dan sesuai dengan karakteristik biologis tubuh manusia.  Sementara itu narasumber  Dr. Maria Christina Prihatiningsih, S.ST., M.Eng., menyampaikan pentingnya penerapan budaya keselamatan dalam seluruh kegiatan yang melibatkan sumber radiasi.

Kegiatan workshop berjalan dengan interaktif, peserta antusias mengikuti seluruh sesi termasuk sesi diskusi.  Seusai workhsop kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan lapangan ke laboratorium Siklotron dan reaktor nuklir.  “Kami ingin mahasiswa melihat bahwa ilmu nuklir bukan sesuatu menakutkan. Dengan pendekatan yang tepat, justru teknologi ini bisa menjadi bagian penting dari solusi untuk kesehatan dan masa depan bangsa,” tutup Imam mewakili para narasumber.  Ketiga narasumber sepakat bahwa kemajuan riset dan teknologi nuklir harus didukung oleh sinergi dan kolaborasi kuat antara bidang pendidikan IPA, vokasi, riset terapan, serta penerapan prinsip keselamatan yang berkelanjutan.

Sebagai penutup , melalui kegiatan ini Program Doktor Pendidikan IPA menegaskan komitmennya untuk mencetak doktor pendidikan ipa yang unggul serta mampu  membangun generasi ilmuwan yang berintegritas dan berorientasi pada kemaslahatan manusia (ist/humas).