Fokus Jateng-SURAKARTA-Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Jawa Tengah menegaskan target politik yang cukup ambisius di Kota Surakarta untuk Pemilu mendatang. Ketua DPD PSI Jateng Antonius Yogo Prabowo mengatakan, pihaknya menargetkan dua digit untuk perolehan kursi di DPRD Kota Surakarta.
“Iya, target kami realistis tapi progresif. Minimal dua kali lipat dari yang ada sekarang. Targetnya 15 kursi agar kalau meleset pun kami masih bisa dua digit,” ujar Yogo saat diwawancarai seusai pelantikan pengurus DPD PSI Kota Surakarta, Minggu 2 November 2025.
Menurutnya, optimisme itu muncul karena PSI Surakarta kini diperkuat oleh sejumlah tokoh publik berpengaruh dan generasi muda potensial. Contohnya Wakil Wali Kota Surakarta, Astrid Widayani, termasuk mantan anggota DPRD Surakarta.
“Ada Mbak Astrid, Mas Ginda yang sebelumnya juga punya pengalaman di PDI Perjuangan, serta banyak mantan anggota DPRD dan anak-anak muda yang aktif di dunia bisnis dan komunitas. Ini kekuatan baru kami di Surakarta,” katanya.
Antonius menambahkan, arah politik PSI ke depan akan menekankan kolaborasi lintas partai dan menolak adanya dominasi politik tunggal di Kota Surakarta.
“Spirit kami jelas, tidak ada lagi dominasi satu partai politik di Surakarta. Politik Surakarta sudah lebih terbuka dan sehat. Kami siap berkolaborasi dengan semua partai untuk membangun kota ini,” tegasnya.
Menanggapi isu kedekatan sejumlah tokoh PSI dengan partai lain seperti Gerindra, Yogo menyebut bahwa pihaknya bersikap terbuka namun tetap fokus pada kolaborasi yang sehat.
“Kami menghormati dinamika yang ada. Tapi prinsipnya, PSI siap bekerja sama dengan semua pihak selama tujuannya untuk membangun Kota Surakarta,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Astrid Widayani resmi dilantik sebagai Ketua DPD PSI Kota Surakarta. Dalam pidatonya, Astrid menegaskan bahwa pelantikannya bukan sekadar seremoni, melainkan komitmen untuk menghadirkan politik modern, inklusif, dan kontributif yang berdampak nyata bagi masyarakat.
“Hari ini bukan hanya seremoni pelantikan, tapi komitmen kolektif kita untuk membangun politik yang modern dan kontributif bagi masyarakat,” ujar Astrid di hadapan kader PSI, simpatisan, serta jajaran Pemerintah Kota Surakarta.
Astrid yang juga menjabat Wakil Wali Kota Surakarta menyampaikan rasa syukur dan refleksi personal atas perjalanan hidupnya, terutama semangat pengabdian yang diwariskan dari keluarganya.
“Saya berasal dari keluarga pejuang pendidikan dan nasionalisme. Dari situ saya belajar bahwa pengabdian bisa dilakukan dari bidang apa pun, termasuk politik,” ujarnya.
Sebagai pemimpin baru PSI Surakarta, Astrid menegaskan bahwa partainya akan bekerja dalam tiga pilar utama:
1. Modernitas, dengan pemanfaatan teknologi untuk transparansi dan kaderisasi berbasis data.
2. Inklusivitas, dengan membuka ruang partisipasi politik bagi seluruh warga tanpa batas identitas.
3. Kontributivitas, yaitu politik yang fokus memberi solusi dan manfaat langsung bagi masyarakat.
“Kita ingin menjadikan PSI sebagai partai solusi, bukan partai kritik semata,” tegasnya.
Astrid juga menyinggung capaian positif Pemerintah Kota Surakarta yang berhasil menurunkan angka kemiskinan dari 8,31% pada 2024 menjadi 7,69% pada 2025, berdasarkan data BPS. Ia menyebut penurunan ini sebagai hasil kerja kolektif lintas sektor yang perlu terus dikawal.
“Angka itu bukan sekadar statistik. Di baliknya ada ribuan keluarga yang kini punya akses lebih baik terhadap pendidikan, kesehatan, dan ekonomi,” ungkapnya.
Astrid yang juga dipercaya sebagai Koordinator Pengentasan Kemiskinan dan Percepatan Penurunan Stunting Kota Surakarta menegaskan pentingnya sinergi antara peran pemerintah dan partai politik.
“Prinsip kami jelas, kepentingan publik selalu di atas kepentingan partai. PSI hadir bukan untuk berseberangan, tapi untuk melengkapi upaya pemerintah dalam melayani masyarakat,” ujarnya.
Astrid menutup pidatonya dengan ajakan kepada generasi muda Surakarta untuk tidak ragu terjun ke dunia politik. Ia menegaskan bahwa PSI Surakarta akan menjadi wadah bagi anak muda untuk tumbuh menjadi pemimpin yang berintegritas dan berkapasitas.
“Sejarah membuktikan bahwa anak muda adalah motor perubahan. Politik bukan sekadar kekuasaan, tapi jalan pengabdian. Mari kita jadikan PSI sebagai laboratorium politik baru yang inspiratif bagi Indonesia,” pungkas Astrid. (Thia/**)
