FOKUSJATENG.COM, KARANGANYAR – Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) atau Geotermal di lereng Gunung Lawu yang telah dilelang oleh Kementerian ESDM menuai penolakan keras dari masyarakat Jenawi, Karanganyar. Penolakan ini mencuat dalam kegiatan reses Anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah dari Partai Demokrat, Ashrar S.E., di Desa Sidomulyo, Kecamatan Jenawi, pada akhir pekan lalu .
Dalam pertemuan yang dihadiri puluhan warga setempat, aspirasi yang mendominasi adalah kekhawatiran mendalam terhadap dampak lingkungan dan potensi bencana. Warga secara tegas meminta wakil rakyat untuk menghentikan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang berlokasi di wilayah Lawu tersebut.
Khawatir Gempa dan Lingkungan Rusak, Warga Jenawi Bersikukuh Tolak Keras Proyek
Masyarakat Jenawi, yang sangat bergantung pada kelestarian ekosistem Lawu, mempertanyakan serius dampak jangka panjang dari proyek panas bumi ini. Mereka khawatir aktivitas eksplorasi, seperti pengeboran dan teknologi fracking (injeksi air bertekanan tinggi), akan merusak keseimbangan alam dan memicu bencana.
Kekhawatiran utama warga meliputi:
- Ancaman Sumber Air Vital: Warga khawatir penyedotan air tanah secara masif untuk proyek geotermal akan mengancam ketersediaan sumber air yang selama ini menghidupi ribuan warga di lereng Lawu. “Warga khawatir penyedotan air tanah secara masif untuk proyek geotermal akan mengancam ketersediaan sumber air vital yang selama ini menghidupi ribuan warga di lereng Lawu,” kata Suwardi, salah satu warga Sidomukti.
- Potensi Gempa Minor: Aktivitas injeksi air bertekanan tinggi ke dalam bumi dikhawatirkan dapat memicu rekahan di bawah tanah dan berpotensi menimbulkan gempa-gempa minor yang mengancam pemukiman warga.
- Perusakan Situs Sejarah dan Spiritual: Selain isu lingkungan, warga juga menyoroti nilai historis, sosial, budaya, dan spiritual Gunung Lawu. Mereka khawatir pembangunan proyek berskala besar akan merusak situs-situs bersejarah vital seperti Candi Sukuh dan Candi Cetho yang memiliki orientasi spiritual terhadap Gunung Lawu.
Penolakan kolektif ini muncul karena masyarakat merasa tidak pernah dilibatkan dalam sosialisasi atau kajian transparan mengenai dampak proyek oleh pemerintah pusat maupun investor.
Ashrar Siap Pasang Badan dan Bawa Suara Penolakan ke Pusat
Menanggapi penolakan tegas dari konstituennya, Anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah, Asrar S.E., menyatakan diri berada di barisan terdepan bersama masyarakat untuk menolak proyek geotermal di Gunung Lawu, khususnya di Jenawi.
Asrar menegaskan bahwa Gunung Lawu memiliki peran yang jauh lebih besar daripada sekadar sumber daya alam.
“Gunung Lawu bukan sekadar tumpukan batu atau sumber daya alam. Ia adalah pusat budaya, spiritual, dan warisan leluhur yang harus dilestarikan. Aspek historis, sosial, dan spiritual di Lawu sangat penting,” tegas Asrar, yang berasal dari Dapil Karanganyar, Wonogiri, Sragen.
Ia melanjutkan, “Kami menolak rencana proyek ini, karena ini bukan hanya soal potensi kerusakan alam, tetapi juga menyangkut kelestarian warisan peradaban tanah Jawa.”
Asrar berjanji akan membawa suara penolakan masyarakat Jenawi ini ke tingkat Provinsi dan Pusat. Ia mendesak Kementerian ESDM untuk mempertimbangkan kembali rencana lelang dan eksplorasi di kawasan Lawu, demi menjaga kelestarian lingkungan dan warisan budaya yang diyakini sebagai “Mahkota Spiritual Tanah Jawa.” ( rls/bre )