Fokus Jateng-BOYOLALI– Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali, Jawa Tengah, terus menggencarkan kegiatan skrining sebagai upaya pelacakan kasus tuberkulosis (TBC) hingga ke 22 wilayah kecamatan. Hal ini dilakukan untuk menekan angka penularan penyakit TBC.
Kepala bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas kesehatan Boyolali, Teguh Tri Kuncoro, menyebutkan bahwa kini pelacakan penyakit TBC dilakukan lebih masif dan intensif di 13 puskesmas dengan melibatkan kader kesehatan serta relawan.
“Tujuannya adalah untuk menemukan kasus secara dini,” katanya. Sabtu 19 Oktober 2025.
Ia memprediksi, hingga saat ini masih banyak penderita yang belum terdeteksi sebab banyak masyarakat enggan, bahkan takut untuk melakukan skrining kesehatan.
Padahal, dengan melakukan skrining kesehatan, masyarakat bisa dengan mengetahui penyakit apa yang saat ini tengah diderita.
“Masyarakat justru takut kalau tau ada penyakit, padahal kan kalau terdeteksi, bisa langsung dilakukan pengobatan,” jelasnya.
Gejala awal penderita TBC berupa batuk berkepanjangan, berkeringat tanpa aktivitas, berat badan turun, sampai hilangnya nafsu makan.
Selain menyerang paru paru, bakteri TBC juga bisa menyerang organ lain seperti Tulang, Organ dalam, serta kulit.
“Kebanyakan masyarakat itu malah lebih takut penyakit demam berdarah, padahal TBC itu penyebarannya lebih mudah, dan lebih berbahaya,” tambahnya.
Teguh menambahkan, ada beberapa kalangan yang rawan tertular TBC, seperti penderita Diabetes Melitus (DM), penderita HIV, serta kawasan padat penduduk.
Sementara data di Dinkes Boyolali menyebut hingga tanggal 16 Oktober, tercatat ada 1.097 penderita TBC terdeteksi di Boyolali, dari 2886 estimasi data yang diterima Dinkes Boyolali oleh WHO (World Healt Organization) tahun 2025 di seluruh Boyolali.
“Angka tersebut sedikit lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya dari WHO yang mencatat estimasi penderita TBC sekitar 2891 orang.” ( yull/**)