Fokus Jateng-KLATEN – Desa Blanceran di Karanganom menyimpan potensi kerajinan kayu yang tinggi. Sekitar 50 pengrajin lokal di kawasan tersebut membuat miniatur mobil, kapal, hingga pesawat dari limbah kayu jati.
Produk unggulan warga Blanceran bahkan sudah ada yang diekspor ke luar daerah. Melihat kondisi ini, Gavin Azarya Hartanto (mahasiswa FISIP Hubungan Internasional UNISRI) menjalankan program KKN-PPM bertema “Pemberdayaan UMKM: Membuka Wawasan Pasar Ekspor.
Program KKN dan Pelatihan Ekspor ini berlangsung pada 8 Agustus 2025, di Dukuh Butuh, Desa Blanceran, tepatnya di rumah produksi milik Rosyidi Hakim.
Diketahui peserta adalah pelaku UMKM handycraft yang tergabung dalam paguyuban Kelompok Maju Bersama (KMB), sedangkan materi pelatihan mencakup prosedur ekspor, standar mutu produk, pengemasan, dan pemasaran digital. Gavin berharap materi ini bisa membuka kesadaran para pengrajin untuk lebih percaya diri menembus pasar global.
“Pasar ekspor sangat luas, kami ingin para pengrajin tahu cara memenuhi standar ekspor agar produk mereka bisa go internasional,” kata Gavin
Dalam sesi praktis, Gavin membagikan buku “Kitab Ekspor” dan “Panduan Perdagangan Ekspor-Impor” sebagai referensi. Pihaknya juga bekerja sama dengan perangkat desa Blanceran, Ketua RW Dukuh Butuh, dan anggota KMB.
Adapun manfaat pelatihan ini adalah berhasil membuka wawasan dasar tentang ekspor bagi para pengrajin. Gavin mengaku telah menyusun modul khusus dan katalog produk dalam format digital sebagai panduan promosi internasional. Laporan kegiatan mencatat manfaat utama program bagi UMKM meliputi, peningkatan kapasitas teknis Pemahaman tentang prosedur ekspor, dokumen, dan standar mutu produk meningkat. Kualitas produk dan kemasan membaik, produk lokal jadi lebih layak dan menarik untuk pasar internasional. Pembukaan akses pasar global, peluang listing produk di marketplace internasional meningkat, serta peluang menjaring buyer atau agen luar negeri. Peningkatan potensi pendapatan, jangka menengah diprediksi penjualan naik setelah produk menembus pasar ekspor.
Rosyidi Hakim, salah satu pengrajin kayu miniatur di Butuh, menyambut baik pelatihan ini “Pelatihan ini membuat kami mengerti pentingnya kemasan yang rapi dan syarat dokumen ekspor,” ujarnya.
Kepala Desa Blanceran, Bambang Hery Novianto, juga mengapresiasi inisiatif tersebut. Ia menegaskan kegiatan semacam ini sangat membantu mengangkat perekonomian lokal, mengingat potensi kerajinan kayu Blanceran memang besar.
Program ini diharapkan turut meningkatkan ekonomi desa dan citra Blanceran. Order ekspor baru dapat membuka lapangan kerja dan menyerap bahan baku lokal. Selain itu, produk Blanceran semakin dikenal di luar daerah. Bagi Gavin sendiri, pengalaman ini juga berarti mengaplikasikan teori perkuliahan dalam praktik lapangan sambil melatih kemampuan fasilitasi dan komunikasi.
Untuk kesinambungan hasil, Gavin mengusulkan pendampingan pasca-KKN secara rutin. Mentoring daring setiap dua minggu selama 3 bulan akan membantu pengrajin menindaklanjuti persiapan ekspor. Fasilitasi pengiriman sampel produk (pilot shipment) ke calon buyer internasional juga direkomendasikan sebagai uji coba pasar.
Perbaikan desain kemasan produk dan publikasi katalog digital bilingual diusulkan agar promosi internasional lebih efektif. Gavin juga menekankan perlunya koordinasi antara pengrajin, pemerintah desa, dan lembaga keuangan mikro agar UMKM lebih mudah mendapatkan akses modal kerja.
Dengan langkah-langkah lanjutan tersebut, Gavin optimis usaha kerajinan kayu di Blanceran dapat tumbuh berkelanjutan dan kian berprestasi di pasar global. Program KKN ini menjadi contoh sinergi kampus, pemerintah, dan masyarakat desa dalam mengembangkan potensi lokal. ( ist/**)
Oleh: Gavin Azarya Hartanto, prodi Hubungan Internasional – UNISRI Surakarta