Cegah Konflik Sosial, Pemuda dan Pelajar Diajak Tingkatkan Kewaspadaan Dini di Jawa Tengah

 

FOKUSJATENG.COM SOLO – Ketua DPRD Jawa Tengah, Sumanto, mengajak seluruh lapisan masyarakat, khususnya pemuda dan pelajar, untuk meningkatkan kewaspadaan dini dan kemampuan deteksi dini terhadap potensi konflik sosial. Hal ini disampaikan guna menjaga stabilitas keamanan di tengah keberagaman masyarakat Jawa Tengah dan mengantisipasi berbagai ancaman yang dapat membahayakan keutuhan bangsa.

Pernyataan tersebut disampaikan Sumanto saat menjadi narasumber secara daring dalam acara “Peningkatan Kewaspadaan dan Deteksi Dini Bagi Pemuda dan Pelajar Terhadap Potensi Radikalisme dan Terorisme” yang digelar di SMAN 8 Surakarta belum lama ini.

Sumanto menyoroti bahwa Jawa Tengah, dengan keberagaman suku, agama, dan ras yang dimilikinya, memiliki potensi tinggi terjadinya konflik sosial. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya upaya kolaboratif antara pemerintah dan masyarakat untuk mencegah timbulnya perpecahan.

Pentingnya Stabilitas dan Mitigasi Isu

Menurut Sumanto, stabilitas nasional dan daerah merupakan fondasi utama bagi kelancaran pembangunan. Untuk mencapai hal tersebut, mitigasi isu-isu yang berpotensi menimbulkan konflik sosial harus menjadi prioritas. Pelaksanaan mitigasi ini, imbuhnya, memerlukan kerja sama, soliditas, dan sinergitas antara pemerintah pusat, daerah, serta seluruh elemen masyarakat.

Mantan Ketua DPRD Kabupaten Karanganyar ini juga menjelaskan tiga tahapan penanganan konflik sosial:
1. Pencegahan, dilakukan dengan menginventarisir potensi konflik dan mengawal skala prioritas yang dapat memicu perpecahan.
2. Penghentian, jika konflik sudah terjadi, tindakan penghentian harus dilakukan dengan cepat.
3. Pemulihan pasca-konflik, melalui rekonsiliasi yang melibatkan mediasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi.

Sumanto sangat berharap agar pemuda dan pelajar dapat bersinergi dengan pemerintah dan aparat keamanan dalam upaya pencegahan dan penanganan konflik sosial. “Saya berharap para pemuda dan pelajar dapat bersinergi dengan pemerintah dan aparat keamanan dengan memiliki kemampuan deteksi dini, dalam merespon setiap dinamika yang terjadi. Dengan begitu, setiap potensi yang mengarah kepada konflik dapat segera teratasi dengan baik,” tegasnya.

Ancaman Konflik Vertikal dan Horizontal

Sumanto juga memperingatkan bahwa kehidupan berbangsa saat ini dihadapkan pada ancaman serius dari mengerasnya konflik dalam masyarakat, baik yang bersifat vertikal maupun horizontal. Konflik ini, lanjutnya, dapat bersumber dari perbedaan nilai-nilai dan ideologi, atau bahkan intervensi kepentingan luar negeri yang berpotensi membahayakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Berbagai potensi konflik tersebut apabila didukung oleh kekuatan nyata yang terorganisir tentunya akan menjadi musuh yang potensial bagi NKRI,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa keanekaragaman suku, agama, ras, dan budaya di Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa merupakan kekayaan bangsa yang dapat memberikan kontribusi positif. Namun, di sisi lain, kondisi ini juga dapat membawa dampak buruk apabila terdapat ketimpangan pembangunan, ketidakadilan dan kesenjangan sosial, ekonomi, kemiskinan, serta dinamika kehidupan politik yang tidak terkendali.( rls/bre)