FOKUS JATENG-BOYOLALI-Ribuan masyarakat Desa Senden, Kecamatan Selo berpakaian adat tradisional mengikuti ritual dengan mengusung berbagai gunungan hasil bumi pada Kamis 4 Agustus 2022.
Mereka melakukan tradisi tahunan Tungguk Tembakau sebagai tanda syukur atas hasil panen tembakau tahun ini.
Diawali dengan kirab budaya yang membawa hasil bumi, gunungan tembakau dan gunungan nasi kuning beserta lauk pauknya. Berbagai ornamen tradisional seperti umbul – umbul menambah semarak suasana jalur pedesaan yang kanan kirinya ditumbuhi oleh tanaman tembakau. Diiringi sejumlah kesenian tradisional berkeliling di sepanjang jalan desa.
Tungguk tembakau merupakan tradisi yang digelar saat mengawali panen tembakau. Tungguk diartikan memetik. Ritual ini sebagai wujud syukur para petani sebelum memulai panen tembakau secara turun temurun oleh petani di lereng Gunung Merbabu wilayah Boyolali. Ritual dimulai dengan berdoa bersama di makam Syeh Kerto Muhammad yang menjadi titik awal lokasi ritual tungguk tembakau. Setelahnya, Bupati Boyolali, M. Said Hidayat memetik daun tembakau segar pada hamparan tanaman tembakau yang menjadi kebanggaan petani setempat. Selepas pemetikan daun-daun tersebut diletakan di gunungan daun tembakau, kedua gunungan ritual diarak menuju panggung utama untuk diperebutkan warga. Dengan diiringi tari tarian tradisional, gunungan tersebut diarak sejauh 2,5 kilometer sebagai wujud rasa syukur atas dimulainya panen tembakau yang menjadi bahan baku rokok dan berbagai bahan kimia ini.
“Tradisi ini diharapkan hasil panen tembakau baik. Sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan warga dan petani. Selain itu, tradisi ini juga berupaya menjaga nilai budaya lokal masyarakat. Semoga ini menjadi satu keberkahan dan menjadi ladang rejeki bagi petani untuk kesejahteraan mereka,” kata Bupati.
Sementara itu, Kaur Kesra Desa Senden, Selo sekaligus pendamping Budaya Desa, Puryanto mengatakan tradisi tumbuk tembakau merupakan prosesi ritual untuk memulai panen tahun ini. Prosesi ini sudah berjalan bertahun-tahun dan dilestarikan oleh masyarakat. Ritual ini dijalankan seluruh petani tembakau. Awalnya pelaksanaan tumbuk tembakau dilakukan perorangan.
“Namun, mulai 2016 dikemas sedemikian rupa dan menjadi seperti festival. Setelah dua tahun pandemi, kali ini menjadi kehingar binaran tersendiri. Ketika kemarin kita break dua tahun karena covid-19. Dan ini momen yang sangat ditunggu oleh masyarakat, terutama petani tembakau baik di Desa Senden dan desa lainnya,” katanya.
Terkait harga tembakau, Puryanto mengatakan cukup stabil. Sebab warga sudah menjalin kemitraan dengan pabrik terkait. Selain itu, bisa dilakukan analisa usaha dan hasil panen petani. Sedangkan harganya berkisar Rp 50-Rp 55ribu/kilogram untuk tembakau kering. Sedangkan hasil panen tembakau cukup bagus. Apalagi didukung cuaca panas yang mendukung pertumbuhan tembakau.
“Harapannya kita berkumpul, bermunajat bersama-sama. Semoga panen tahun ini berjalan lancar dan kedepannya diberi hasil yang melimpah. Di sisi lain kita juga mengemas, potensi budaya yang ada di Desa Senden agar tersiarkan ke luar,” katanya. (*)
Tungguk Tembakau Ritual Panen Tembakau Perdana di Lereng Merbabu

Tungguk Tembakau : Bupati Boyolali M Said Hidayat melakukan panen tembakau perdana di Desa Senden, Selo (yull/Fokusjateng.com)