FOKUSJATENG.COM, BOYOLALI – Sembilan mahasiswa Sosiologi FISIP UNS tengah menjalani program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang merupakan program dari Kemenristek Dikti untuk pengembangan skill dan minat mahasiswa.
Salah satu jenis MBKM adalah program MBKM Hibah Membangun Desa dilakukan di Desa Metuk, Kabupaten Boyolali. Tujuan program ini adalah untuk memotret semua potensi desa sehingga bisa menjadi jendela informasi bagi dunia luar.
Kesembilan mahasiswa Sosiologi FISIP UNS ini diantaranya Armeita Khalawati, Dhianda Maharani, Dito Mardian, Ihsan Nur Zahid, Karim Abdul Jabbar, Mardiana Ayu Safitri, Muhamad Zaki, Awaludin, Oktavia Ningrum, dan Tatsbita Hasna Luthfiana.
“Program ini memiliki tujuan nyata yakni pengembangan dan penguatan identitas lokal bagi masyarakat Desa Metuk. Kegiatan ini juga dibimbing dan didampingi langsung oleh Dosen Pembimbing Lapangan, yakni Shubuha Pilar Naredia S.Sos., M.Si., yang berfokus pada tema “Menyelami Kearifan Lokal: Strategi Penguatan Identitas Desa Melalui Budaya dan Tradisi Desa Metuk, Kabupaten Boyolali”,” ucap Tatsbita Hasna Luthfiana selaku perwakilan mahasiswa dalam keterangan tertulis, Kamis (6/06/2024) pagi.
Dijelaskan lebih lanjut, dipilihnya Desa Metuk Kabupaten Boyolali menjadi sasaran kegiatan Hibah MBKM UNS karena memiliki beberapa potensi mulai dari tradisi, pariwisata, jajanan tradisional, serta Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Tradisi yang menonjol di desa tersebut yaitu gedruk lesung, rondha thethek, karawitan, kenthongan, tarian topeng ireng kontemporer LBK Erawati dan ritual saparan yang biasanya diadakan di Sendang Waluyo Jati setiap bulan Sapar.
Sektor UMKM Desa Metuk meliputi Jamu Tilung, Jamu Calung, To-Yo Yogurt, bawang goreng, telur asin, keripik tempe, ampyang, balung kethek, mete, kerupuk tapioka, serabi, produksi tas, mebel, dan usaha produksi lainnya. Sedangkan, tempat wisata yang terkenal yaitu pemancingan ikan Taman Waluyo Jati (TWJ). “Selain itu, Desa Metuk juga menjadi saksi sejarah perjuangan rakyat setempat dalam masa penjajahan dengan berdirinya markas perjuangan tentara pelajar,” urai Tatsbita.
Selama kegiatan berlangsung, para mahasiswa MBKM melakukan identifikasi dan penggalian data tentang berbagai potensi Desa Metuk. Meliputi sejarah, tradisi dan budaya, UMKM, komunitas, serta informasi penting lainnya. Para mahasiswa menyisir seluruh 25 RT di desa untuk mendapatkan data yang komprehensif. Mereka juga aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial budaya seperti kerja bakti, yasinan, pos kesehatan, kenduri, perkumpulan PKK, perkumpulan karang taruna, jimpitan, kebun gizi, panen raya, posyandu, dan berbagai aktivitas masyarakat lainnya.
“Semua Informasi yang terkumpul inilah yang kemudian dikelompokkan dan diolah menjadi dua bentuk profil desa. Yakni manuskrip dan videografi profil desa,” imbuh dia.
Kedua output itu diharapkan mampu menyoroti keunikan dan potensi Desa Metuk, yang menampilkan kekayaan budaya, keindahan alam, serta kemajuan pembangunan desa. Manuskrip dan video profil desa itu akan menjadi jendela informasi yang memperlihatkan pesona serta potensi lokal Desa Metuk.
“Tujuannya adalah mengundang wisatawan untuk mengunjungi dan menikmati keindahannya, serta menguatkan identitas Desa Metuk yang kaya akan budaya dan tradisinya sebagai bekal pembangunan berkelanjutan,” tandasnya. (Bre/rls)