Fokus Jateng- BOYOLALI- Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Boyolali meningkat. Sebanyak 7 warga meninggal akibat penyakit itu sejak awal 2024. kasus kematian paling banyak terjadi bulan ini. Ada 4 kasus kematian pada bulan Maret.
Kepala Dinkes Boyolali, Puji Astuti mengatakan warga yang meninggal akibat DBD bertambah lagi sebanyak 2 orang, satu dari Desa Gunungsari, Kecamatan Wonosegoro dan satunya dari Desa manjung, Kecamatan Sawit. Dengan demikian total jumlah warga Boyolali yang meninggal akibat DBD selama Januari-Maret 2024 mencapai tujuh orang. Pihaknya pun akan melakukan penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui kasus kematian tersebut. Mengingat, korban asal Kecamatan Sawit ini berusia 15 tahun, kemudian korban asal Wonosegoro juga masih berusi 6 tahun.
” Sekarang itu, DBD itu tidak hanya kena pada anak-anak. Dewasa juga memiliki resiko fatalitas yang tinggi,” kata Puji. Kamis 28 Maret 2024.
Dijelaskan, kendati DBD di Boyolali sudah merenggut 7 nyawa, belum akan meningkatkan status menjadi kejadian luar biasa. Karena memang, 7 korban meninggal akibat DBD itu tidak dalam satu wilayah. Hanya saja, 7 korban ini tinggal di daerah endemis DBD.
” Endemis itu kan, tiga tahun berturut-turut ada kasus (DBD),” tambahnya.
Menurut Puji, sebelumnya ada 3 orang yang meninggal dunia akibat DBD di Kecamatan Wonosegoro yang berasal di Desa Bolo, Desa Guwo, dan Desa Bojong. Sedangkan 2 kasus lainnya yakni di Desa Teras, Kecamatan Teras dan Desa Kalinanas, Kecamatan Wonosamodro.
Pada Januari 2024 terdapat 79 kasus dengan 2 orang meninggal dunia, Februari ada 89 kasus dengan satu orang meninggal dunia, sedangkan Maret hingga Rabu 27 Maret 2024 ada 94 kasus dan empat orang meninggal dunia.
“Tercatat ada 48 desa di Boyolali yang masuk kategori endemis DBD.
Kepala Dinkes Boyolali, Puji Astuti, menyampaikan pada Januari-Maret 2024 ada 259 kasus DBD dengan lima orang meninggal dunia. Angka itu naik signifikan dibanding Januari-Maret 2023 yang tercatat ada 187 kasus dengan dua kematian.:
Dengan demikian tingginya kasus DBD ini perlu diwaspadai bersama. Pihaknya meminta masyarakat terus melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara menguras, menutup, mengubur. Selain itu, jika masyarakat yang mengalami gejala seperti DBD untuk bisa segera berobat.
” Terus ini kita juga akan rakor (rapat koordinasi) untuk pokja (kelompok kerja) penanganan DBD,” pungkasnya.(**)