Guru Besar UNS Bahas Filsafat dalam Pembelajaran Sains

Fokus Jateng- SOLO, – Program Studi S2 Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar Webinar Series #1 bertemakan Filsafat dalam Pembelajaran Sains.

Webinar Series #1, yang digelar pada Selasa, 27 Februari ini berlangsung gratis terbuka untuk dosen, guru, mahasiswa, dan umum, dimana peserta akan mendapatkan ilmu, relasi, dan sertifikat.

“Acara seperti ini sangat positif bagi Program Studi S2 Pendidikan Sains, baik bagi dosen dan mahasiswa. Bahkan, agenda S2 Pendidikan Sains di bulan Maret 2024 ini terbuka untuk umum maupun mahasiswa, mulai acara pelatihan pengembangan media pembelajaran, pelatihan analisis kualitatif, dan sebagainya,” papar Kepala Prodi Magister Pendidikan Sains FKIP UNS, Dr. Puguh Karyanto, S.Si., M.Si., Ph.D saat membuka acara tersebut.

Sementara, dalam acara inti dengan dipandu oleh moderator Dr. Bramastia, M.Pd. yang juga dosen S2 Pendidikan Sains FKIP UNS, dengan narasumber utama Prof. Drs. Cari., M.A., M.Sc., Ph.D, Guru Besar Bidang Ilmu Kuantum Optik UNS yang menyampaikan materi tentang Filsafat dalam pembelajaran sains.

Menurut Prof Cari, filosofi mata kuliah ini ditekankan pada delapan poin, yakni Fisika adalah untuk semua orang, seleksi yang koheren dalam fisika dimungkinkan, melakukan fisika melampaui fisika, individu memerlukan kursus yang fleksibel, sistem multimedia merangsang pembelajaran yang lebih baik, waktunya telah tiba untuk mengajarkan sains sebagai salah satu ilmu humaniora, kursus fisika harus bermanfaat untuk diambil dan kursus fisika harus bermanfaat untuk diajarkan.

Adapun basic physics concepts atau konsep dasar fisika ini menarik dalam kehidupan terkait dalam cabang-cabang fisika dalam bentuk persamaan-persamaan. Persamaan ibarat seperti puisi, “Maka persamaan kita tafsirkan dalam kehidupan. Alam itu jujur atau tidak? Maka jawabannya jujur karena berdasarkan fakta. Fisika tidak lepas dari persamaan-persamaan yang merupakan fungsi dalam kehidupan. Newton tidak tahu gaya, tetapi yang tahu adalah hati ke hati mereka dalam kehidupan. Maka muncul filosofi jodoh ada ditangan Tuhan,” terang Prof Cari.

Dalam hukum kita belajar dengan etika dan kalau hukum alam kita belajar sabar. Teori dalam teori relativitas mengungkapkan bahwa ruang dan waktu itu satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan. Etika orang baik sama dengan pikiran dan hatinya baik. Antara pikiran dan hati bentuknya. Pikiran itu liar, pengendalinya adalah hati. Sehingga penting mengkombinasikan pikiran dengan hati. Gaya tidak bisa didefinisikan. Namun gaya dalam kehidupan fisika sebagai sarana. Bukan benda jatuh bebas selama perjalanan hanya dipengaruhi dalam gravitasi. Jatuh cinta maupun jatuh bebas itu sebetulnya perangkap.

“Terperangkap oleh gravitasi tidak ada gaya lain yang menggangu itu jatuh bebas. Apakah jatuh bebas dengan jatuh cinta itu sama atau beda? Jawabannya adalah sama,” ujar Prof Cari. (ist/**)