Kasus DBD Meningkat, Boyolali Tingkatkan Kewaspadaan

Petugas Dinkes Boyolali melakukan fogging dan pemberantasan penanganan sarang nyamuk (PSN). (doc/Fokusjateng.com)

Fokus Jateng-BOYOLALI-Kasus demam berdarah dengue (DBD) berpotensi meningkat dimusim penghujan ini. Upaya pencegahan langsung menindaklanjuti dengan penyuluhan, abatisasi selektif, PSN hingga fogging menjadi langkah utama.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Puji Astuti, kasus DBD mulai naik diawal Januari. Data dari dinkes per 5 Februari, tercatat ada 46 laporan DBD. Sedangkan pada Januari tercatat ada 45 kasus.
Peningkatan itu mulai terlihat pada pekan kedua bulan Januari lalu. Tercatat pada pekan pertama Boyolali sebanyak sembilan kasus, pekan kedua tercatat ada 15 kasus, pekan ketiga tercatat 14 kasus, dan pekan keempat ada enam kasus DBD. Lalu update dari Dinkes, ada satu lagi warga Desa Bojong, Wonosegoro yang meninggal karena DBD. Ditemukan satu kasus dan satu orang meninggal dunia. Sedangkan di Desa Kalinanas, Desa Wonosamudro tersebut tercatat ada empat kasus DBD dan satu orang meninggal dunia.
“Ada satu orang di Desa Kalinanas, Kecamatan Wonosamudro yang meninggal dunia karena DBD pada Januari,” kata Puji Astuti saat dihubungi pada Senin 5 Januari 2024.
Pada kasus DBD yang menimbulkan kematian sudah dilakukan penanganannya. Dinkes telah melakukan penyuluhan, abatisasi selektif, PSN hingga fogging. Pelaksanaan foffing difokuskan pada siklus pertama pada 15 Januari dan siklus kedua pada 22 Januari.
Lebih lanjut, data Dinkes Boyolali tercatat ada 154 laporan yang masuk. Rinciannya, terdapat 84 kasus demam dengue, 46 kasus DBD, tiga kasus demam sock syndrome dan 12 kasus lainnya.
“Kalau dibandingkan, pada Januari 2023 dan Januari 2024 itu kasusnya justru menurun. Pada Januari 2023 ada temyah 82 kasus. Sedangkan pada Januari 2024, tercatat ada 45 kasus. Jadi angkanya menurun.” (**)