Aplikasi Simpatik, Cara Mudah Mengetahui Kondisi Tiap Sekolah di Boyolali

Sekertaris Disdikbud Boyolali, Lasno memberikan penjelasan penginputan data kependidikan melalui simpatik (doc/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali mengembangkan sistem baru untuk pelaporan data SMP Negeri di Boyolali. Penggunaan sistem tersebut melalui aplikasi sistem pendidikan dan tenaga kependidikan (simpatik). Dengan sistem ini, nantinya sekolah tak perlu mengirim laporan tertulis mengenai kondisi sekolah tiap bulannya ke Disdikbud. Sistem informasi pendidikan dan tenaga kependidikan ini diinisiasi Sekertaris Disdikbud Boyolali, Lasno.
“Lebih efisien dan ekonomis. Setidaknya, menghemat anggaran Rp 52 juta per tahun untuk 52 sekolah,” kata Lasno. Jumat, 8 September 2023.
Dijelaskan, melalui aplikasi simpatik ini, sekolah tak perlu mengirim laporan tertulis hingga 33 lembar mengenai kondisi sekolah tiap bulannya. Selain masalah jarak, tentu juga biaya yang harus dikeluarkan sekolah. Baik untuk laporan tertulis 33 lembar maupun ongkos kurir. Simpatik ini mulai diterapkan awal Agustus. Awalnya, empat sekolah mencoba mengisi data dan lancar. Hingga akhirnya genap 52 SMPN berhasil menginput data sekolah tanpa kendala.
” Jadi dengan sistem ini, operator sekolah tinggal mengisikan data ke dalam sistem. dan Sekolah tak perlu lagi tiap bulan mengirim print out ke Disdikbud. Perhitungan kami, nilai efisensi dengan sistem ini mencapai puluhan juta per bulannya,” katanya.
Selain lebih efisien anggaran, sistem ini juga memudahkan operator sekolah. Sekolah bisa menugaskan operator masing-masing. Kemudian, sekolah cukup menginput data kependidikan secara daring. Praktis, meski harus membuat laporan tiap bulannya, namun jika tak ada perubahan data operator tak perlu lagi mengisi ulang.
” Kalau datanya sama, tinggal di klik saja. Dan kami sudah bisa mengetahui mengenai kondisi sekolah tersebut,” katanya.
Dia mengaku selain untuk memudahkan pelaporan, sistem ini juga untuk menyajikan data sekolah, guru, siswa dan rombongan belajar secara akuntabel. Untuk sementara ini, sistem ini baru diterapkan untuk jenjang SMP negeri.
“Sesuai arahan pak Sekda, ke depan tak menutup kemungkinan, akan diterapkan untuk Sekolah Dasar di Boyolali.” (**)