Petani Kopi Desa Banyuanyar Ampel Gelar Tradisi Wiwitan

Panen Kopi : pemetikan pertama dan dipilih yang merah-merah (ist/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Petani kopi Desa Banyuanyar Ampel menggelar tradisi wiwitan. Wujud syukur kepada yang Maha Kuasa dalam memulai petik pertama biji kopi, pada Kamis 13 Juli 2023. Para petani setempat, masih memegang erat tradisi lokal. Sebelum panen perdana dimulai.
“Tradisi wiwitan kopi ini untuk nguri-uri budaya Jawa. Sebelum panen, dilakukan rangkaian doa, dengan kenduri bersama. Kemudian dilanjutkan pemetikan pertama dan dipilih yang merah-merah. Panen biji kopi hanya bisa dilakukan tiga kali. Pemetikan pertama dan kedua diambil biji yang merah-merah. Baru pemetikan ketiga, baik merah maupun hijau harus dipetik semuanya,” kata Ketua KT Berkah Kopi, Desa Banyuanyar, Ampel, Giman.
Disebutkan ada 33 anggota KT Berkah Kopi. Mereka memiliki kebun kopi produktif seluas 6-7 hektar. Lokasinya menyebar di sepanjang Desa Banyuanyar yang memiliki ketinggian 700-800 meter diatas permukaan laut (MDPL). Sedangkan kopi yang dihasilkan cukup menguntungkan. Jika sebelumnya tanpa KT petani dibiarkan liar. Saat ini, pemeliharaan kopi lebih mudah dan koordinasi antar petani jalan.
“D sini cocoknya memang robusta, karena ketinggianya 700-800 MDPL. Sama kopi nangka. Hanya kalau kopi nangka sulit memelihara dan petiknya. Karena tinggi, petinya sulit. Tapi bisa dipotong dan disambung (Disetek) dengan kopi robusta. Hasilnya, rata-rata perseribu meter persegi milik kami sendiri, bisa menghasilkan pas bagi 1,5 – 2 kuintal,” jelasnya.
Menurut ketua KT Berkah Tani, Nyoto (60) tahun ini panen dinilai kurang maksimal. Sebab saat musim bunga pada pertengahan tahun lalu, hujan turun cukup lebat. Sehingga banyak putik kopi yang rontok. pihaknya berharap, tahun ini ada musim kemarau. Sehingga hasil tahun depan bisa lebih baik.
“Ya, ini syukuran panen kalih sing gawe urip (Kepada Tuhan,red). Tradisi ini sudah lama, kalau yang diacarakan sudah dua kali ini. Biasanya, saya ya cuma keluarga saja, bancakan dibawa ke kebun, dimakan sama keluarga bersama-sama. Tradisi ini memang sudah dari jaman mbah buyut,” pungkasnya.