FOKUS JATENG-BOYOLALI- Sejumlah perwakilan anggota Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Boyolali menggelar aksi damai di halaman Kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Mereka mencermati adanya dugaan praktik kedekatan personal dan menolak adanya koncoisme dalam seleksi anggota Bawaslu ditingkat Kabupaten/Kota. Hal tersebut mendapat tanggapan dari Bawaslu Boyolali, bahwa tim seleksi (Timsel) langsung dari Bawaslu RI.
Sejumlah anggota PSI yang datang ke Bawaslu pukul 10.55. Mereka membawa bendera dan menggelar aksi damai secara singkat. Begitu tuntutan disampaikan, peserta aksi langsung membubarkan diri. Polsek Boyolali Kota juga mengawal aksi damai ini tersebut.
Koordinator Aksi, Yusuf, mengatakan aksi damai digelar untuk menyoroti proses pemilihan calon komisioner Bawaslu Boyolali. Dia menilai, ada beberapa nama calon komisioner yang memiliki kedekatan dengan Tim Seleksi Bawaslu Wilayah Jateng III atau Soloraya.
“Kita demo untuk kepentingan masyarakat biar benar-benar demokrasi, tidak ada rasa penekanan (Ditekan,red) harus memilih salah satu (Komisioner Bawaslu). Kami menolak praktik koncoisme yang dipilih di Bawaslu, itu nanti adalah rekan kerja dia (Timsel), teman atau kerabat dia. Jadi tidak boleh,” katanya seusai aksi pada Kamis 22 Juni 2023.
Pihaknya akan mengawasi proses seleksi komisioner Bawaslu. Jika ada temuan, maka pihaknya mengancam akan menggelar aksi dengan massa yang lebih besar lagi. Dia tak segan akan melaporkan ke Tim Seleksi ke Bawaslu RI dan Dewan Kehormatan Penyelengara Pemilu (DKPP) RI. Agar timsel yang bersangkutan ditindak atas pelanggaran kode etik.
“Dugaan saya, kenapa saya harus seperti itu (Aksi), saya takut Bawaslu kerjanya tidak profesional. Karena teman yang dipilih itu juga teman dari salah satu partai. Jadi kalau partai melanggar dia tidak akan bertindak tegas. Saya yakin, seyakinnya bahwa sudah ada indikasi yang mau jadi Bawaslu nanti pasti orang-orang yang kami sebutkan tadi,” katanya. (**)
Pada kesempatan itu, Ketua Bawaslu Boyolali, Taryono, menjelaskan bahwa seleksi komisioner dilakukan oleh timsel yang dibentuk langsung oleh Bawaslu RI. Selain itu, terkait tudingan koncoisme, dia mengaku belum menemui hal tersebut. Sebab pendaftar komisioner Bawaslu Boyolali mencapai 50 orang. Selain itu, tidak semua dia mengenal.
“Kalau soal koncoisme kita memang tahu ya (Timsel) tapi kita tidak ada kedekatan secara personal. Mungkin ada karena dulu pernah jadi anggota Bawaslu, kita bisa kenal. Tapi kalau soal kedekatan koncoisme yang bagaimana. Jadi Bawaslu sampai sekarang masih memegang profesional dan non parsial, kita tetap independen dan sampai sekarang, Boyolali masih kita pegang itu. Kemudian, aspirasi dari PSI tersebut akan kami teruskan ke Bawaslu diatas kami, karena memang ini bukan diranah kewenangan kami. Kami berharap dan percaya Bawaslu RI membentuk timsel dan memilih orang yang benar-benar berintegritas tentang kepemiluan itu.” (**)