FOKUSJATENG.COM, KARANGANYAR – Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Cabang Solo akhirnya turun tangan terkait adanya dugaan alih fungsi lahan di perkebunan teh Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar.
Inspeksi Mendadak (Sidak) dipimpin langsung Kepala Cabang ESDM Solo Abdul Charis ini melihat langsung perkebunan teh Kemuning dan lokasi yang proyek pembuatan jalur alternatif yang menuju Segoro Gunung. Sidak ESDM Cabang Solo juga didampingi perwakilan PT Rumpun Sari Kemuning (RSK) sebagai pengelola kebun teh Kemuning, Komandan Kodim 0727 Karanganyar serta dari pihak pelaksana proyek.
Setelah mengecek di lokasi, dan mendengarkan penjelasan langsung dari pihak PT RSK serta pelaksana proyek, ESDM menyatakan jika pengerasan jalan alternatif menuju Segoro Gunung – Paralayang tidak melanggar aturan. “Selama tidak ada material dari proyek jalan tersebut di bawa keluar atau di jual belikan, maka tidak masalah,” kata Abdul Charis saat di lokasi, Jumat (3/03/2023) petang.
Lebih lanjut ESDM Cabang Solo menegaskan, perihal perlindungan konservasi alam dapat diterapkan jika ada perubahan secara fisiknya, seperti adanya tambang galian C. Sementara terkait pengelolaan dan pengembangan kebun teh menjadi wewenang dari PT RSK dan Pemerintah Kabupaten Karanganyar selaku pemilik wilayah.
“Kalau untuk proyek jalan alternatif ini saya kira tidak masalah, karena tidak merubah bentuk. Aksesnya sebelumnya sudah ada, artinya tidak membuat jalur baru. Ini malah bagus, karena jalurnya sudah, tapi sekarang justru semakin ditingkatkan kualitasnya. Kemanfaatannya justru semakin banyak, baik untuk jalur panen hasil teh maupun bagi petani dan masyarakat sekitarnya,” urai dia.
Direktur Lapangan PT RSK Walidi menjelaskan, proyek betonisasi jalan alternatif menuju Segoro Gunung merupakan program peningkatan kualitas jalan. Sebab, sebelumnya sudah ada jalan tersebut, namun kualitasnya sangat buruk dan tidak bisa dilalui dengan lancar.
“Dulu jalan ini sangat sulit dilalui karena memang rusak. Selain itu jalur menuju Segoro Gunung hanya satu, yakni melalui perkampungan. Dengan perbaikan jalan ini justru akan semakin membantu baik masyarakat maupun untuk transportasi hasil panen teh,” sebut Walidi.
PT RSK menegaskan jika tidak ada pembuatan akses baru menuju Segoro Gunung, akan tetapi proyek pengerasan itu hanya memperbaiki jalan yang sebelumnya sudah ada. “Untuk jalur alternatif ini kami kerjasamakan pihak ke dua selaku pelaksana proyek. Kami tekankan untuk tidak sedikitpun material dari proyek jalur alternatif yang keluar dari lokasi,” tegasnya.
Sementara itu, Suyatno selaku pelaksana proyek pengerasan jalur alternatif menuju Segoro Gunung menyebutkan, jika selama 4 bulan pengerjaan proyek tersebut tidak ada material yang keluar atau dijual belikan. Pihaknya selama ini taat dengan aturan dan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dengan PT RSK.
“Selama proyek ini tidak ada material yang keluar atau dijual belikan. Dari proyek ini memang ada pasir dan batu, tapi tidak banyak. Dan batu itupun kami gunakan untuk membangun talud saluran air dari jalan tersebut,” urai pria yang akrab disapa Mbah Komir tersebut.
Ia juga menjelaskan jika ada bagian dari proyek perbaikan jalan tersebut yang akan digunakan sebagai fasilitas umum lainnya seperti toilet. Lokasi tersebut tepat ditengah-tengah jalur alternatif menuju Segoro Gunung – Paralayang yang ke depannya digunakan sebagai rest area.
“Jalur alternatif ini sepanjang 4 kilometer. Nilai investasi yang ditanya untuk membangun jalur alternatif tersebut mencapai Rp 4 milliar dan saya biayai sendiri,” pungkasnya. (RE/BRE)