FOKUS JATENG–SOLO– Tim Kampus Universitas Setia Budi (USB) Solo, mendampingi dan mendorong petani untuk menggunakan pupuk organik alias non kimia. Pupuk Kascing (bekas cacing), merupakan inovasi yang sangat efektif dari tim Kampus USB guna membantu petani mendapatkan pupuk organik yang baik.
“Praktik pertanian berkelanjutan sedemikian ini tidak menggunakan pupuk kimia buatan pabrik, melainkan menggunakan pupuk organik kompos atau pupuk hasil fermentasi dalam tubuh cacing (dinamakan pupuk kascing-bekas cacing),” papar Swastika Ardhana, Humas USB kepada Fokusjateng.com, Senin (26/12/2022).
Dijelaskan, kegiatan yang dilakukan ke masyarakat petani tersebut, merupakan implemantasi dari salah satu tujuan dalam program SDGs (Sustainable Development Goals), yaitu terwujudnya ekonomi hijau berbasis pertanian berkelanjutan.
“Pertanian berkelanjutan adalah kegiatan pertanian yang menghasilkan produk pertanian aman dikonsumsi konsumen dan tidak merusak lingkungan,” ujar perempuan yang akrab disapa Tika tersebut.
Sebatas Industri Rumahan
Mengingat strategisnya peran pupuk organik kascing dalam pertanian berkelanjutan ini, maka Universitas Setia Budi (USB) terpanggil untuk berkontribusi secara nyata dengan mendorong penyebarluasan pemakaian pupuk organik kascing dalam praktik pertanian.
Saat ini penggunaan pupuk organik kascing belum meluas. Penyebabnya di antaranya, pertama karena ketidak pedulian tentang pentingnya menggunakan pupuk organik dalam menghasilkan produk pertanian aman dikonsumsi masyarakat.
“Kedua, umumnya pupuk organik diproduksi dalam skala industri rumahan, dengan teknologi sederhana, serta tanpa perizinan dalam distribusi pupuknya, sehingga peredarannya terbatas,” ujar Tika.
Untuk keperluan tersebut USB membangun kemitraan strategik dengan UMKM pupuk kascing yang berlokasi di Dukuh Sidorejo RT. 06 Desa Mojodoyong, Kecamatan Kedawung, Sragen.
Terkendala Pengeringan dan Perizinan Edar
Bisnis pupuk kascing ini pada awalnya dirintis oleh Tarmin dan saat ini diteruskan oleh anaknya bernama Winarto.
Perkembangan usaha berjalan lambat dikarenakan beberapa hal. Pertama, pasokan bahan baku kotoran sapi terbatas. “Kedua pengeringan pupuk kascing basah menggunakan sinar matahari yang intensitasnya menurun di kala musim hujan. Dan ketiga ketiadaan izin edar atau distribusi,” jelasnya.
Tim Kampus USB melihat masalah tersebut, lalu kekurangan pasokan bahan baku berupa kotoran sapi untuk sementara diatasi dengan mengumpulkan kotoran sapi penduduk sekitar. Solusi pengeringan pupuk kascing basah diatasi dengan mengadakan alat pengering rotary (rotary dryer).
“Solusi ketiadaan izin edar diatasi dengan mengurus penerbitan ijin edar pupuk organik,” kata dia.
Kontribusi Tim USB
Tim pengabdi USB terdiri dari tiga orang, masing-masing, Dr. Ir. Waluyo Budi Atmoko, MM, Nang Among Budiadi, SE., M.Si dan Patria Mukti, S.Psi., M.Si didukungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristekdikti) melalui Program Insentif Pengabdian Masyarakat Terintegrasi dengan MBKM Berbasis IKU bagi PTS Tahun 2022, memberi kontribusi nyata dengan membantu pengadaan mesin pengering rotary untuk mempercepat pengeringan pupuk kascing basah.
“Melalui mesin pengering rotary ini diharapkan target produksi pupuk kascing siap jual semakin meningkat, guna memenuhi permintaan pasar yang semakin besar,” tutur Tika.
Selain itu, USB juga membantu pengurusan perizinan usaha dengan bentuk CV. Saat ini perusahaan telah resmi terbentuk dan bernama CV. Dadi Agung. Keberadaan badan usaha berbentuk CV ini menjadi syarat penting bagi pengurusan izin edar.
“Dengan keberadaan izin edar pupuk organik ini, diharapkan distribusi pupuk organik kascing semakin luas, sehingga penggunaan pupuk organik kascing dalam praktik pertanian juga akan semakin meningkat,” paparnya.
Implikasi penting dari kemitraan strategik antara USB dan CV. Dadi Agung ini adalah semakin meluasnya pertanian berkelanjutan yang menjadi indikator tercapainya SDGs di Indonesia. (Didik Kartika)