Urut Sewu Desa Mandiri Energi, Manfaatkan Limbah Pabrik Tahu Dan Kotoran Sapi

Warga Urut Sewu Ampel menyalakan jenset dengan bahan bakar biogas (yull/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI- Ditengah wacana pemerintah terkait pengurangan kuota gas elpiji dan mengalihkannya ke kompor listrik,warga di Lereng Gunung Merbabu Boyolali ini tidak mengambil pusing karena di desa mereka sudah mandiri energi yang lebih ramah dalam segi ekonomi. Warga mengandalkan biogas sebagai sumber energi yang berasal dari limbah pabrik tahu dan kotoran sapi yang ada di sekitar mereka.
Meski berada dibawah kaki Gunung Merbabu, warga Dusun Gilingan Lor, Desa Urut Sewu, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali,Jawa Tengah, tidak tertinggal dalam inovasi energy. Bahkan, saat ini sudah ada sembilan rumah yang meninggalkan sumber energi fosil dan beralih ke biogas untuk mendukung keperluan dirumahnya. Selain api yang dihasilkan lebih baik, penggunaan biogas ini dinilai lebih menghemat kebutuhan keluarga, nilai ekonomis penggunaan biogas ini telah dirasakan oleh 15 kepala keluarga (KK) sejak tahun 2018 lalu.Tabung gas milik warga pun terlihat usang penuh debu karena lama tidak dimanfaatkan.
“Kami ini menggunakan biogas sudah dua tahun lebih, kalau untuk memasaknya itu lebih cepat dan irit, terus apinya biru ,besar lebih stabil. kalau bawa gas itu terlalu pusing mencarinya kan langka, kalau biogas kan selalu ada,” ujar Murdatih warga Dusun Gilingan Lor, Desa Urut Sewu, Ampel, Boyolali. Kamis 22 September 2022.
Penerapan biogas ini berawal dari permasalahan pabrik tahu yang limbahnya menimbulkan pencemaran lingkungan utamanya di aliran sungai. Hingga akhirnya muncul ide yakni air limbah pembuatan tahu dialirkan ke digester atau sumur instalasi biogas . Sementara warga secara swadaya membuat instalasi dan menelan biaya hingga RP80.000.000. Energi biogas ini selain dipergunakan untuk kpentingan memasak, warga juga memanfaatkannya untuk menghidupkan genset yang aliran listriknya digunakan untuk menghidupkan pompa air pamsimas. Air yang dihasilkan kemudian juga dialirkan rumah-rumah warga yang ada di Dukuh Gilingan Lor ini.
“Memang benar, awalnya itu ada protes dari warga karena limbah itu mencemari sungai , jadi dari kita berinisiatif untuk membuat biogas, untuk biogas ternyata kapasitasnya sangat besar dan untuk kebutuhan saya pun sudah tercukupi, kelebihannya kita salurkan ke warga, untuk saat ini ada 9 rumah yang pakai biogas di kampung ini, selain memasak untuk menghidupkan genset, terus untuk menyalakan pompa air yang untuk pamsimas kampung sini, kalau airnya diseluruh rt sama rt sebelah ada sekitar 40an kk,” ujar Sriyanta pemilik pabrik tahu.
Menurut Kepala Desa Urut Sewu, Haryanto, selain limbah produksi tahu, sumber biogas juga berasal dari kotoran sapi. Kotoran sapi dikumpulkan kemudian dimasukkan kedalam digester untuk diproses menjadi biogas. Di Desa Urut Sewu ini, ada 43 digester yang digunakan peternak sapi untuk memproduksi biogas, rata-rata satu digester bisa dimanfaatkan hingga 6 rumah. total ada sedikitnya 200 kk yang memanfaatkan biogas sebagai energi terbarukan untuk kebutuhan dapur. Sejauh ini pihak desa juga masih berupaya mengembangkan energi biogas ini untuk kebutuhan penerangan jalan umum.
“jadi, untuk biogas di Urut Sewu kalau total dengan biogas tahu yang digunakan untuk masyarakat itu sudah ada 200 kk yang memanfaatkan biogas di urut sewu. Harapan jelas karena itu termasuk mimpi kami selaku pemerintah desa bahwa di urut sewu itu nanti bisa mandiri energi secara keseluruhan karena sumber energi baru terbarukan di urut sewu itu kan luar biasa,” katanya.
Pihaknya berharap dengan adanya ini masyarakat yang belum mempunyai biogas itu nanti akan termotivasi inovasi untuk memanfaatkan gas itu.
“Jadi katakanlah satu kk dalam harian itu memakai tabung melon 3 kilo untuk satu bulan tiga tabung, tapi dengan biogas itu kalau biogas kotoran sapi benar benar dimanfaatkan dipelihara itu full bisa tidak pakai tabung elpiji,” ujarnya. (*)