Clarissa, Bayi Usia 16 Bulan di Boyolali Alami Bocor Jantung

Clarissa bocah penderita bocor jantung dalam gendongan ibunya (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Kasus bayi penderita jantung bocor kembali terungkap di Boyolali. Penderita ini adalah Clarissa Arsya Nurfia, kini baru berusia 16 bulan. Clarissa, sapaan akrabnya, ini anak dari Nurismiyati (25), Febri Nur Hidayah (25) yang tinggal Dukuh Randurejo, RT 01, RW 03, Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo.

Awal mula Clarisa menderita jantung bocor ini menunjukkan keanehan enam bulan setelah dilahirkan. Yakni asupan gizi makanan tidak terserap. Sehingga berat badannya hanya 6,4 kilogram, setengah dari bobot bayi normal seusianya.

“Saya curiga, karena sakit sejak usia 6 bulan, dan tiap hari nangis, kalau nangis membiru. Belum bisa apa-apa hanya tiduran saja. Tapi kalau pas kesakitan selalu memegang bagian dadanya,” tutur Nurismiyati, ibu bayi penderita jantung bocor.

Lantaran ada ketidakwajaran itu, kemudian ibu bayi memeriksakannya ke dokter spesialis anak. Setelah diperiksa, ternyata ada kelainan organ penting dalam tubuh si bayi tersebut. Organ pemompa darah ke seluruh tubuh Clarisa bocor.

“Hasil pemeriksaan di rumah sakit. Ada sembilan macam (kelainan) jantung pada anak saya ini, saya sendiri sampai tidak hapal istilahnya apa,” katanya.

Kelainan pada organ terpenting dalam tubuh manusia yang dialami anaknya itu berdampak besar bagi perkembangan tubuh Clarissa. Tumbuh kembang anaknya tak bisa seperti bayi normal. Sejauh ini, Clarissa hanya bisa berbaring saja. Jangankan untuk berjalan, berdiri saja atau bahkan untuk duduk saja anaknya itu tidak bisa. “Baru didudukkan dan hanya sebentar saja. Kalau kelamaan pasti ngos-ngosan,” jelasnya.

Mendapati anaknya menderita jantung bocor, selanjutnya pasangan buruh pabrik itu terus berusaha mengobatkannya. Saat pemeriksaan di RS Sarjito Jogyakarta, dokter memberikan bantuan medis untuk penyembuhan. Serangkaian pemeriksaan sudah dilakukan. Sejak saat itulah, setiap bulan Clarissa diperiksakan ke RS Sarjito Jogjakarta.

“Ya selalu berobat ke jogja kalau gak ada obatnya nebus sendiri ke apotek, dan pihak rumah sakit juga menyarankan untuk di operasi,” katanya.

Sehari hari suami Nurismiyati hanyalah buruh pabrik garmen di Boyolali, sehingga sangat berat jika harus menanggung biaya operasi. Setelah berkonsultasi dengan BPJS ketenagakerjaan, menurut Nurismiyati pihak BPJS tidak bisa menanggung seluruh biaya operasi.

“Memang berat kalau ditanggung sendiri, sudah disarankan operasi, tapi belum tahu kapan. Dari BPJS tenaga kerja belum terkaver semua. Kemarin perkiraan Rp250 juta untuk biaya operasi, tetapi yang terkaver sekitar Rp 200 juta,”katanya.

Selama menderita jantung bocor ini, kondisi Clarissa sering rewel dan menangis hingga membiru. Tumbuh kembangnya pun terganggu, saat ini berat tubuhnya hanya berkisar 6,4kilogram.

“Iya memang merepotkan, untuk nebus obat dan susunya juga berat, tapi ya tetap harus bersabar,” ujar Nurismiyati.

Sementara itu, Camat Mojosongo Tusih Priyanta mengaku turut prihatin. Pihaknya berjanji akan mengusahakan untuk pemenuhi kebutuhan Clarissa dari berbagai sumber daya yang dimiliki Pemerintah maupun swasta. Sebab, pemerintah punya sumber yang lengkap untuk membantu tercukupinya kebutuhan itu. Mulai dari Kesehatannya, kesejahteraannya, transportasinya dan sebagainya.

Begitu juga masalah biaya pengobatan. Jika belum memiliki BPJS, akan kami akomodasi untuk kepesertaanya. Kalau masih tidak cukup, pemerintah akan membantunya. Sebab, pemerintah juga juga punya dukungan dana dari Baznas dan Koperasi yang bisa membantu pengobatannya. “ Yang dibutuhkan apa, nanti akan kami akomodasi,” ujarnya.