FOKUS JATENG-BOYOLALI-Setelah menjadwalkan proses Pembelajaran Tatap Muka (PTM) jelang ujian sekolah (US) tatap muka, akhirnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali terpaksa menunda jadwal ujian bagi siswa kelas IX SMP.
Sebelumnya dijadwalkan Ujian Sekolah tatap muka dimulai hari Senin (19/4/2021) mendatang. Penundaan tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa belum semuanya tenaga pendidik menjalani vaksin.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali, Darmanto, menjelaskan bahwa pelaksanaan ujian diputuskan digelar secara luar jaringan (luring) atau secara tatap muka. “Artinya semua siswa hadir langsung di sekolah sesuai jadwal,” ujarnya.
Padahal, untuk pelaksanaan tersebut disyaratkan semua guru harus sudah menjalani vaksinasi Covid-19. Ternyata, vaksinasi dosis pertama bagi guru SMP baru bisa dimulai pada Senin (12/4). Sedangkan vaksinasi dosis kedua digelar 14 hari kemudian.
“Padahal, ujian sesuai jadwal digelar mulai Senin 19 April mendatang. Artinya, ujian sekolah terpaksa mundur dan akan kita rumuskan secepatnya,” katanya.
Menurut Darmanto, dimasa pandemi Covid-19, maka keselamatan dan kesehatan anak didik maupun tenaga pendidikan menjadi prioritas. Pihaknya tidak menginginkan proses ujian sekolah tatap muka menjadi sumber penularan Covid-19. Namun demikian, mutu pendidikan juga menjadi permikiran. Padahal, hasil evaluasi selama satu tahun pembelajaran secara daring, ternyata sangat sulit.
“Guru sulit menyampaikan dan memahamkan materi kepada anak didik, disisi lain, anak- anak juga sulit untuk memahami pelajaran. Motivasi juga sulit. Maka diupayakan pembelajaran tatap muka (PTM) dengan syarat semua guru harus divaksin,” imbuhnya.
Sementara, Kepala Dinkes Boyolali, Ratri S Survivalina menambahkan, pada minggu ini pihaknya akan melakukan vaksinasi dosis pertama kepada guru SMP, MTs dan MI sebanyak 6.525 orang. Harapannya, pada akhir bulan ini para guru tersebut bisa divaksin untuk dosis kedua. “Sehingga pada awal Mei sudah siap PTM.”
Terkait jumlah vaksin, disebutkan bahwa hingga kini pihaknya sudah menerima vaksin sebanyak 68.750 dosis. Dimana 6.000 dosis vaksin Astrazeneca dan sisanya dari Sinovac. Dari jumlah tersebut, untuk dosis pertama sebanyak 26. 262 sasaran dan dosis kedua 20.169 sasaran.
Vaksin Astrazeneca akan diberikan kepada lansia, perangkat desa dan Tim penggerak PKK. Pemberian vaksin juga harus tetap melalui skrining kesehatan terlebih dahulu. Hanya terdapat perbedaan pada interval pemberian dosisnya.
“Interval vaksin Sinovac pada dosis pertama dan kedua hanya 14- 28 hari. Sedangkan vaksin Astraseneca memiliki interval 8 – 12 minggu,” ujar Ratri S Survivalina saat ditemui di kantornya.
Adapun pelaksanaan vaksinasi pada bulan puasa, pihaknya mengaku sudah tidak ada masalah. Menurut Ratri, MUI sudah mengeluarkan fatwa bahwa vaksin tersebut tidak membatalkan puasa. Jadi, vaksinasi tetap berjalan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
“Namun jika ada masyarakat yang kurang yakin, kami tetap hormati dan vaksinasi bisa diundur setelah puasa nantinya,” pungkasnya.